Oleh V. Untoro
Bilakah udara tiba-tiba berhenti, atau lautan sudah tanpa riak, atau air sungai tidak lagi mengalir, atau bahkan malam tidak berujung pagi? Mungkin bumi ini perlahan mulai tumbang. Semua insan senantiasa bercakap tentang tujuan hidup memperoleh kebahagiaan.
Padahal bahagia, senang, sedih, dan derita telah digariskan oleh Yang Esa. Namun tidak demikian tentunya, karena insan hanya akan bersantai di rumah tanpa memikirkan atau melakukan apapun, karena setiap masalah pasti terjawab “sudah ada jalan keluarnya sesuai garis tangan”.
Harus disadari bahwa kita manusia dikaruniai akal budi melebihi makhluk lain, sehingga harus lebih mampu berusaha, berikhtiar, dan memilih jalannya. Namun tatkala pilihannya tersebut tidak sesuai harapan atau gagal, selalu saja takdirlah yang disalahkan.
Tujuan hidup manusia pasti sama, yaitu meraih kebahagiaan, walaupun tingkat pencapaiannya belum tentu sama. Yang mengherankan adalah tatkala ada sebagian orang yg berbeda pencapaian akan saling dikucilkan atau mengkucilkan oleh sebagian orang lainnya, padahal kebersamaan atas perbedaan adalah sesuatu yang indah dan memesona. Benarkah kebahagiaan adanya hanya di atas langit?
Andaikan itu benar, tentulah semua orang akan beramai-ramai pindah ke langit.
Barangkali kita pernah merasakan sedih dan susah, namun tak satu pun telinga yang mau mendengarkan keluh kesah kita.
Padahal kita harus selalu mampu memotivasi orang lain yang berkeluh kesah pada kita, bahkan kita harus mampu merentangkan tangan terbuka bagi orang lain yg menderita. Saat itulah masalah dan kecamuk diri hanya kita sendiri yang bisa merasakan, tak seorang pun hendak mengulurkan tangan untuk memaksakan kita untuk bangkit dan berdiri tegak.
Sedulur,
Sadarlah bahwa kalian tidak sendiri, masih banyak orang yang merasakan seperti yang kalian rasakan. Janganlah merasa sepi, putus asa, dan murung. Urungkanlah niat untuk menutup diri ataupun mengucilkan diri atau mendendam. Karena hal itu hanya akan memperburuk keadaan.
Sedulur,
Pahamilah bahwa kita ini adalah manusia hebat. Yakinlah bahwa kita mampu mengeringkan luka kita sendiri namun juga sekaligus dapat mengeringkan luka orang lain, dengan cara selalu memperbaiki keadaan.
Perbanyaklah memproduksi rasa maaf, tulus dan ikhlas dalam menghadapi semua permasalahan.
Percayalah bahwa hati kita jauh lebih berharga daripada kesakitan-kesakitan yang dihadiahkan orang untuk kita.
Angkat sauhmu dan mulailah berlayar di lautan luas hingga menemukan dermaga kebahagiaan dan kesejukan.
Bagian kedua dari buku “Catatan Seorang Pengembara Menabuh Dedauanan” oleh
V. Untoro Kurniawan
Facebook Comments