Naik Kereta Api

Tut…Tut..Tut..

Sahabatku,
Hidup ini mirip seperti sebuah perjalanan kereta api yang melewati banyak stasiun. Lengkap dengan jadwal atau rute serta perubahan-perubahannya. Tak jarang dilengkapi juga dengan kejadian-kejadian yang tidak diharapkan bersama.

Saat lahir kita seperti naik kereta api dan bertemu dengan orang tua kita. Saat itu kita yakin bahwa mereka akan selamanya bersama kita. Tapi di suatu stasiun ternyata mereka harus turun dan meninggalkan kita dalam perjalanan selanjutnya.

Suatu ketika, dengan cara yg sama, orang lain akan naik ke kereta api yang kita tumpangi dan bisa saja mereka turut menjadi penumpang bersama kita. Itu artinya mereka juga sangat berarti bagi perjalanan hidup kita. Mereka adalah pasangan, anak-anak, keponakan, cucu, saudara, kerabat, keluarga besar, dan bahkan rekan di sekitar kita, baik di lingkungan kerja maupun di lingkungan tempat tinggal.

Satu demi satu penumpang tersebut tentu akan turun dan meninggalkan kekosongan yang begitu dalam bagi kita. Bahkan, ada juga penumpang yang harus turun secara mendadak dan tiba-tiba, tanpa kita tahu. Di saat kita menyadarinya ternyata kursi mereka telah kosong.

Perjalanan dalam kereta api kehidupan kita tentunya diwarnai penuh dengan sukacita, dukacita, imajinasi dan harapan. Tentunya juga diwarnai dengan ucapan-ucapan selamat, sapaan, motivasi, atau justru ucapan selamat tinggal dan/atau perpisahan.

Dimanakah sukses kita?

Kesuksesan kita tentu terletak pada bagaimana kita menjalin hubungan yang baik dengan semua penumpang, saling empati dengan sesama, tanpa saling merongrong dan saling curiga. Misteri terbesar bagi setiap penumpang adalah kita tidak pernah tahu di stasiun mana kita akan turun dan meninggalkan kereta tersebut.

Oleh sebab itu, jadilah penumpang kereta yang baik, dengan cara saling mengasihi, memaafkan, saling empati dan berbagi dengan sesama penumpang. Ketika tiba saatnya bagi kita untuk turun dan meninggalkan kursi kita, sedapat mungkin kita meninggalkan kenangan-kenangan yang indah bagi orang di sekitar kita yang akan meneruskan perjalanannya dengan kereta tersebut. Jangan malah meninggalkan masalah, cacian, makian, atau kepergian kita justru disyukuri seolah kehadiran kita sebenarnya tidak dikehendaki.

Tetaplah bersyukur atas karunia dan rahmat Tuhan atas hari ini dan hari yang telah lalu.
Nikmatilah apa yang telah diberikan Tuhan pada hari ini. “Berilah kami rezeki pada hari ini”, dan tetap berdoa untuk hari esok.

Ditulis oleh V.Untoro untuk Inspirasiana

Facebook Comments