Pro Kontra Popok Sekali Pakai

Granny Bliss’ Diary Bagian Ketujuh

Seorang kerabat mengingatkan putriku agar membatasi penggunaan popok sekali pakai kepada baby K. Menurutnya, terlalu sering menggunakan popok sekali pakai berisiko membuat kaki bayi menjadi bengkok.

Benarkah demikian? Aku sendiri baru pertama kali mendengarnya. Mitos ataukah fakta?
Melansir detikHealth, dr. Aditya Suryansyah, SpA, dari RSAB Harapan Kita mengatakan mitos tersebut tidak benar. Saat anak belajar berjalan, memang terkesan kakinya agak bengkok. Hal ini bukan akibat popok sekali pakai, melainkan karena posisi kaki bayi relatif lebih ke dalam (1).

Dalam kasus kaki berbentuk seperti huruf O, dokter tersebut menjelaskan hal itu bukan akibat penggunaan popok sekali pakai, tapi lebih karena bawaan sejak lahir atau karena kelainan tulang.

Hal yang sama dijelaskan dr. Radius Kusuma dalam rubrik “Tanya Dokter” di laman Alodokter. Bentuk kaki bayi memang pada dasarnya berbentuk O atau seperti jalan mengangkang (2).
Hal tersebut normal dan akan membaik sendiri pada usia sekitar 18 bulan. Kaki anak-anak akan kembali lurus pada usia sekitar 3-4 tahun.

Kalaupun ada penyebab lain, itu bukan akibat penggunaan popok sekali pakai, melainkan karena kekurangan vitamin D atau kelainan pada lempeng pertumbuhan tulang kering anak.

Dalam hal kelainan tulang, ia menganjurkan agar anak diperiksakan pada Dokter Anak (SpA) atau Dokter Spesialis Orthopedi (Sp.OT) untuk ditentukan penyebab pelengkungan kakinya.

Meskipun mengaitkan penggunaan popok sekali pakai dengan bentuk kaki bayi adalah mitos, saran untuk membatasinya menggerakkan aku untuk mencari tahu lebih banyak tentang pro kontra penggunaan popok sekali pakai.

4 alasan menggunakan popok sekali pakai
Pertama, menghemat waktu dan tenaga. Ini yang paling sering dikemukakan para mereka yang memilih menggunakan popok sekali pakai.

Popok sekali pakai tidak perlu dicuci. Ia dapat langsung dibuang. Bagi para orang tua yang tidak mempekerjakan asisten rumah tangga, hal ini sangat membantu menghemat waktu dan tenaga.

Kedua, kenyamanan. Popok sekali pakai pada umumnya dapat menampung beberapa kali pipis bayi, sehingga tidak perlu selalu diganti setiap kali bayi buang air kecil. Hal ini dapat memberi kenyamanan baik bagi orang tua maupun bagi bayi.

Ketiga, sanitasi lebih terjaga. Popok kain yang kotor harus dicuci. Aku masih ingat kerepotan membawa popok kotor ke kamar mandi, membuang tinja ke toilet, menyiram dengan air mengalir agar bau berkurang, lalu merendam dalam air sabun sebelum dicuci. Semua proses ini berpotensi mengotori tangan.

Keempat, dapat mengurangi iritasi. Melansir webmd.com (3), popok sekali pakai menggunakan material yang berfungsi baik untuk menghilangkan kelembapan dari sekitar kulit bayi. Ruam popok terjadi jika kulit bayi basah terlalu lama. Dengan demikian, popok sekali pakai membantu menjaga kulit bayi tetap kering dan mengurangi perkembangan ruam kulit.

4 kelemahan popok sekali pakai


Pertama, biaya. Untuk menyambut kelahiran cucu pertama, mamaku membeli dan menjahit cukup banyak popok kain. Setelah ia cukup besar, popok tersebut kusimpan dan kugunakan kembali untuk adik-adiknya.

Apa yang kulakukan tersebut menghemat biaya. Ini tidak dapat dilakukan, jika menggunakan popok sekali pakai.

Kedua, limbah. Menurut unsustainablemagazine.com (4), popok sekali pakai menghasilkan limbah lingkungan dalam jumlah yang luar biasa. Limbah ini tidak dapat didaur ulang.

Agaknya pertimbangan keberlanjutan lingkungan ini perlu mendapat perhatian khusus dari para orang tua. Dengan mengurangi penggunaan popok sekali pakai, kita telah berkontribusi terhadap upaya pelestarian lingkungan.

Ketiga, berpotensi menimbulkan iritasi. Berlawanan dengan material yang dapat menjaga kulit bayi tetap kering sehingga mengurangi iritasi, plastik dan pewarna dalam popok sekali pakai terkadang dapat menyebabkan ruam pada bayi, terutama jika mereka memiliki kulit sensitif.

Memang tidak semua popok sekali pakai mengandung plastik dan pewarna yang dapat menimbulkan iritasi, namun popok “hipoalergenik” yang cenderung tidak mengganggu bayi, harganya juga lebih mahal.

Keempat, rentan. Popok sekali pakai direkatkan dengan perekat. Bayi yang aktif bergerak dan mulai belajar merangkak mungkin secara tidak sengaja memecahkan atau melonggarkan perekat popok. Hal ini akan membuat popok terlepas dan menimbulkan risiko jatuh.

Popok mana yang baik untuk Baby K?
Granny Bliss menyerahkan kepada kedua orang tua baby K untuk memutuskan. Ada faktor kelestarian lingkungan, biaya, keterbatasan waktu dan kenyamanan yang perlu dipertimbangkan.

Apa pun pilihan mereka, yang terpenting baby K selalu mengenakan popok bersih, bebas dari iritasi, dan selalu menjaga sanitasi.
#cerita Baby K – 007

Referensi:
1.Pakai Popok Sekali Pakai Bikin Kaki Bayi Berbentuk O, Mitos atau Fakta?
2.Pengaruh popok pada bentuk kaki
3.Pros and Cons of Disposable Diapers
4.The Effects of Disposable Diapers on the Environment and Human Health

Facebook Comments