Membaca, Awal Penting dari Kegiatan Literasi

Ingat, Tuhan sendiri dalam Firman-Nya yang pertama kali turun ke dunia mengajarkan sebuah perintah yang ditujukan kepada NabiNya: “Bacalah!”

Literasi dalam bahasa Latin disebut sebagai literatus, yang berarti orang yang belajar. Pembelajaran ini diawali dengan kegiatan membaca.

Secara garis besar, literasi sendiri ialah istilah yang umumnya merujuk pada kemampuan dan keterampilan seseorang dalam membaca, menulis, dan berbicara.

Dengan kata lain, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan seseorang dalam berbahasa yang diwujudkan dalam sebuah tulisan.

Kata “literasi” ini semakin banyak dikenal orang. Bukan hanya bagi kalangan para pendidik di dunia pendidikan, namun juga keberadaannya hadir di ruang para penulis.

Kata literasi sudah jauh lebih populer dibandingkan kata kemahir wacanaan, melek akasara, dan keberaksaraan.

Bukan hanya sekadar kata, tapi literasi juga sudah menjadi sebuah gerakan bagi para pegiat pendidikan, baik informal maupun nonformal.

Para pegiat literasi di sekitar kita adalah mereka para penulis yang kegiatannya langsung berada dalam kaitan aktivitas baca dan tulis. Karya-karya para penulis ini sangat berharga bagi kepentingan dan kemajuan dunia literasi.

Selain mereka, para penulis yang aktif membuat artikel, ada juga mereka yang hanya melakukan kegiatan membaca. Mereka adalah para pembaca yang rajin menelaah sebuah karya.

Awalnya yang gemar membaca ini hanya sekedar membaca untuk hiburan atau memperkaya wawasan suatu ilmu.

Akan tetapi, ternyata pada akhirnya banyak di antara mereka selain gemar membaca juga mulai memiliki minat untuk menulis. Karya-karya tulis yang lahir merupakan buah pikiran mereka dari kegiatan membaca.

Literasi bisa dipahami secara sederhana yaitu suatu kegiatan membaca, menulis dan menghasilkan karya tulis berupa artikel atau buku.

Muara keberhasilannya juga diwujudkan dalam kemampuan mereka berbicara dengan kualias tatanan kata dan kalimat level tinggi.

Awal kegiatan literasi adalah membaca seperti yang pernah kita alami pada saat pertama kali masuk kelas satu sekolah dasar. Kemudian, belajar menulis dengan benar sesuai kaidah tata bahasa.

Hasil penelitian mengenai literasi di Indonesia

Membaca adalah kegiatan yang sangat diharapakan menjadi budaya bangsa kita, tetapi sangat disayangkan hal itu masih belum bisa terwujud.

UNESCO pernah merilis hasil temuannya pada tahun 2012 lalu bahwa minat baca masyarakat Indonesia sangat kecil sekali. Dari 1000 penduduk hanya ada satu orang yang gemar membaca.

Sungguh, ini fakta yang sangat memprihatinkan. Tentu saja kita berharap semoga tahun ini sudah banyak berubah. Mengapa? Karena masyarakat yang memiliki kemampuan pemahaman literasi akan mampu berfikir kritis dan logis.

Pentingnya membaca bagi para penulis
Membaca adalah awal penting dari kegiatan literasi. Bagaimana mungkin seseorang mampu jadi penulis sementara dirinya tidak pernah melakukan kegiatan membaca.

Seorang penulis dipastikan gemar membaca. Dari setiap bacaannya itu, lahirlah ide-ide cemerlang untuk dijadikan sebuah karya tulisan.

Ingat, Tuhan sendiri dalam FirmanNya yang pertama kali turun ke dunia menyatakan sebuah perintah yang ditujukan kepada NabiNya: “Bacalah!”

Berawal dari membaca, kegiatan literasi dimulai. Memahami, menerapkan dalam percakapan yang tertata dalam Bahasa Ramah.

Setelah pemahaman dalam menyerap kegiatan membaca itulah, kemudian muncul keinginan untuk menulis. Kaidah-kaidah dan tata bahasa yang sudah terlatih menjadi rujukan penting dalam karya kepenulisan tersebut.

Muara di ujung jalan itu memberikan tempat bagi dunia literasi yang pada akhirnya mampu membentuk masyarakat yang kritis. Juga membantu mempersiapkan setiap individu untuk hidup dalam masyarakat yang berpengetahuan.

Dunia literasi saat ini masih terus butuh untuk diperjuangakan. Bukan begitu, kawan?

@hensa
Artikel ini bagian dari Buku karya Hendro Santoso berjudul “Menulis Sketsa-Sketsa Kehidupan”. ISBN 978-623-5631-05-9. Penerbit YPTD Tahun 2021.