Granny Bliss’ Diary Bagian Ketiga
Hari itu baby K berusia 4 hari. Sehari setelah ia disunat. Aku sudah minta izin pulang cepat dari kantor. Hari itu, menurut rencana, baby K akan pulang ke rumahnya.
Kami berencana menjenguknya. Aku belum melihatnya lagi sejak ia didorong keluar dari ruang operasi beberapa saat setelah kelahirannya.
Namun, sebuah pesan dari putri sulungku di WAG keluarga mengejutkan aku. “Hari ini aku pulang. Tapi baby K perlu perpanjang sehari lagi di rumah sakit. Hyperbilirubinemia.”
“Wah, belum bisa lihat baby K.” seorang putriku merespons.
“Iya, bilirubinnya 11 nih.”
“Sebetulnya level bilirubin segitu harus dipantau intensif di rumah sakit atau boleh-boleh saja dibawa pulang?” tanya putriku yang lain.
“Saat mama habis melahirkan adik bungsumu, sempat tidak diizinkan pulang karena bilirubin di atas normal. Waktu itu, papa dan mama berkeras mau bawa pulang dan akhirnya diizinkan. Sampai rumah, dijemur setiap pagi.”
“Sebetulnya kata dokter boleh saja jika mau dibawa pulang. Tapi, aku dan suamiku putuskan biar dirawat sehari lagi hingga bilirubin betul-betul di bawah 10.” putri sulungku menimpali celetukanku.
“Dulu, keponakannya sempat balik lagi ke rumah sakit setelah pulang, karena masalah bilirubin. Lagipula, cuaca sekarang serba tidak jelas, sebentar hujan sebentar panas. Kalau tidak ada matahari, tidak bisa berjemur. Repot juga. Lebih baik pilih yang aman saja.”
Harus diakui cuaca saat ini memang tidak menentu. Tentu saja, kami mendukung pilihan anak dan menantuku yang ingin memastikan putra sulung mereka betul-betul aman sebelum di bawah pulang.
Anakku menjelaskan bahwa menjemur bayi bertujuan mencegah sakit kuning, bukan menyembuhkan. Yang memecah bilirubin adalah sinar biru dari fototerapi, bukan sinar matahari.
Penjelasan tersebut membuatku bertanya-tanya tentang tradisi menjemur bayi setiap pagi yang dipercaya dapat menyembuhkan sakit kuning. Pertanyaan yang menggerakkanku untuk mencari tahu apakah tradisi tersebut merupakan mitos atau fakta.
Menjemur bayi setiap pagi, efektifkah menurunkan bilirubin?
Melansir alodokter, bilirubin adalah pigmen kuning dalam darah dan tinja. Bilirubin dibuat oleh tubuh ketika sel darah merah hancur secara alami (1).
Ketika jumlah bilirubin yang dihasilkan dari penghancuran sel darah terlalu banyak, hati tidak sempat memprosesnya. Kondisi ini disebut jaundice.
Laman klikdokter menyebut kondisi ini merupakan hal normal (fisiologis) yang muncul setelah 24 jam pertama kehidupan bayi sehat. Bayi yang baru lahir memiliki organ hati yang belum matang, sehingga belum mampu mengolah bilirubin dengan sempurna (2).
Menjemur bayi di bawah sinar matahari, terutama pada pagi hari, merupakan salah satu cara mengatasi bayi sakit kuning. Dengan menjemur bayi di pagi hari secara rutin, pemecahan bilirubin dapat terbantu, sehingga kadarnya di dalam darah akan menurun.
Penjelasan dari laman klikdokter di atas senada dengan sebuah hasil penelitian yang diterbitkan oleh National Library of Medicine, National Center for Biotechnology Information.
Dikatakan bahwa sinar matahari jelas dapat mengobati hiperbilirubinemia, karena ini adalah awal mula pengobatan fototerapi ditemukan. Matahari memancarkan cahaya biru-hijau dalam spektrum yang diperlukan untuk mengubah bilirubin menjadi isomer yang larut dalam air (3).
Kedua temuan di atas membuatku menyimpulkan bahwa mitos menjemur bayi untuk mengatasi sakit kuning tak sepenuhnya salah. Hal ini diperkuat oleh penjelasan yang aku temukan di laman halodoc.
Sinar UV memberikan manfaat kesehatan yang besar kepada anak bayi. Salah satunya adalah mencegah penyakit kuning. Sinar matahari membantu memecah bilirubin, sehingga hati bayi dapat memprosesnya dengan lebih mudah (4).
Belajar menjadi orangtua yang suportif
Dari pengalaman kecil di atas, aku dan suami belajar bahwa meskipun tradisi yang dulu kami lakukan tersebut tidak sepenuhnya salah, namun pilihan anak dan menantu kami pun benar adanya.
Dua puluh dua tahun yang lalu, kami berani berkeras membawa pulang anak bungsu meskipun pihak rumah sakit menyarankan untuk memperpanjang rawat inap karena kadar bilirubin yang di atas normal, karena matahari bersinar cerah setiap pagi pada saat itu.
Kini, anak dan menantu kami memutuskan sebaliknya, karena cuaca yang tidak menentu. Ditambah lagi, menantuku pernah menyaksikan pengalaman kakak dan iparnya yang harus membawa keponakannya yang masih bayi keluar masuk rumah sakit karena masalah bilirubin.
Dengan menghargai dan mendukung keputusan mereka, kami belajar menjadi orangtua yang suportif. Konflik karena perbedaan pendapat dapat dihindari.
Keesokan harinya, bilirubin baby K sudah di bawah 9 dan orangtuanya membawanya pulang ke rumah dengan hati lega. Sore harinya, kami sekeluarga dapat mengunjunginya dan menikmati kegembiraan yang tertunda sehari.
#cerita Baby K – 003
Referensi:
Kenali Tingkat Bilirubin Normal pada Bayi Baru Lahir
Sakit Kuning, Efektifkah Menjemur Bayi Tiap Pagi untuk Mengatasinya?
Sunlight for the prevention and treatment of hyperbilirubinemia in term and late preterm neonates
Bayi Dijemur Setiap Pagi untuk Cegah Penyakit Kuning?
Facebook Comments