Granny Bliss’ Diary Bagian 4
Akhirnya, kami sekeluarga dapat berkunjung ke rumah putri sulungku. Kami datang berenam: aku dan suamiku, putri kedua kami dan suaminya, serta putri ketiga dan keempat.
Baby K yang sudah berusia 5 hari, sedang tidur saat kami datang. Tidurnya sangat tenang dan sama sekali tidak terganggu dengan kedatangan kami.
Bagi besan kami, baby K adalah cucu kelima. Pengalaman mereka tentu jauh lebih banyak dari kami yang baru mendapat cucu pertama.
Obrolan pun bergulir tentang perbedaan cara merawat bayi dulu dan kini. Zaman kami masih muda, orang tua menjadi tempat kami bertanya. Beberapa kebiasaan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Salah satunya adalah pemakaian gurita bayi. Aku ingat, saat kehamilanku sudah memasuki trimester ketiga, mamaku sibuk menyiapkan pakaian bayi. Selain bedong, ada gurita.
Sambil memperkenalkan gurita, mama pun bercerita tentang manfaatnya. Gurita dipercaya dapat mengecilkan perut bayi, mengempiskan pusar bodong, hingga mencegah masuk angin.
Putriku tidak memakaikan gurita pada baby K. Melansir hellosehat.com, penggunaan gurita justru dapat membahayakan kesehatan bayi (1).
Dijelaskan bahwa besar kecilnya perut bayi ditentukan oleh ketebalan kulit, lemak di bawah kulit, dan otot perut yang berfungsi menahan daya dorong isi perut. Terkadang, perut bayi terlihat besar karena kulit, lemak dan ototnya yang masih tipis belum mampu menahan gerak usus yang mendorong keluar.
Saat kulit, lemak dan otot bayi sudah menebal, perutnya sudah lebih sanggup untuk menahan daya dorong usus. Dengan sendirinya, ukuran perut bayi pun akan mengecil.
Perut bayi juga bisa terlihat kembung karena ia menelan terlalu banyak udara akibat menangis terlalu lama atau cara minum susu yang kurang betul. Kolik juga bisa menyebabkan perut bayi kembung.
Namun apakah penggunaan gurita bayi bisa mengecilkan perut bayi kembung? Tidak ada penelitian medis sampai saat ini yang mampu membuktikannya.
Lalu, bagaimana dengan pusar bodong? Hellosehat.com menjelaskan bahwa pusar bodong lebih disebabkan oleh otot cincin perut yang tidak menutup dengan sempurna atau karena panjang puntung tali pusat bayi yang memang besar dan panjang, bukan akibat tidak dipakaikan gurita.
Ah, aku jadi ingat, aku pernah bertanya kepada mama, mengapa pusar putri keduaku tetap bodong meski aku sudah rajin memakaikan gurita. Saat itu, usia putriku sekitar satu tahun.
Kata mama, hal itu menandakan bahwa putriku akan memiliki adik laki-laki. Ternyata, pusar bodong tersebut menghilang seiring bertambahnya usia putriku. Dan, hingga kini, aku tidak memiliki anak laki-laki.
Setelah membaca artikel referensi, aku paham bahwa manfaat gurita bayi yang diceritakan turun temurun tersebut hanya mitos. Bahkan, mitos yang salah. Bukan saja tidak bermanfaat bagi bayi, pemakaian gurita justru berpotensi merugikan kesehatannya.
Pemakaian gurita bayi yang terlalu kencang bisa membuat bayi merasa kepanasan dan banyak berkeringat. Hal ini dapat menyebabkan berbagai keluhan kulit seperti gatal, biang keringat atau ruam kulit.
Selain itu, pemakaian gurita yang telalu kencang juga dapat menyebabkan makanan yang telah masuk ke dalam lambung mengalir balik ke kerongkongan, yang pada akhirnya menyebabkan bayi muntah berulang. Berbahaya sekali, bukan?
Risiko lainnya, bayi bisa kesulitan bernapas, terutama jika lilitannya terlalu kencang. Cara membebat gurita yang terlalu ketat di bagian perut akan mengganggu gerak pernapasan bayi, sebab bayi yang baru lahir umumnya masih bernapas lewat perut. Mereka belum bisa langsung bernapas dengan paru-paru.
Mengetahui begitu banyaknya risiko pemakaian gurita yang salah bagi bayi, aku sungguh bersyukur bahwa keempat putriku tidak mengalami hal-hal yang tidak diinginkan meskipun aku rajin memakaikan gurita kepada mereka semasa bayi.
Namun demikian, mitos yang salah sebaiknya memang ditinggalkan, bukan?
#cerita Baby K – 004
Referensi:
1. Bayi Ternyata Tak Boleh Pakai Gurita. Apa Bahayanya?
Facebook Comments