Dalam ketinggian ilmu, tanpa sadar manusia bisa terjatuh oleh hal yang sepele. Kemuliaan seketika berubah jadi kehinaan.
Dalam salah satu seri kisah “The Ugly Queen” ada bagian yang menarik perhatian. Sungguh menjadi pembelajaran hidup yang bernilai.
Putri sebuah kerajaan hendak mengambil kembali suaminya yang menjadi tawanan kerajaan lain. Namun, ia taksanggup menghadapi Ratu Zhong Wuyan yang jago strategi dan kungfu. Akhirnya pulang membawa kekalahan. Takbisa mengambil kembali pula suaminya.
Sang putri tak putus asa mencoba cara lain untuk mengalahkan Ratu Wuyan. Ia kemudian mengadu kepada gurunya yang sedang bermeditasi di sebuah hutan.
Sang guru yang mengaku sudah mencapai setengah abadi awalnya tidak peduli. Karena ia sudah tidak mau ikut campur urusan duniawi lagi. Ia tidak mau terlibat keduniawian karena sedang menyempurnakan diri.
Tak kehilangan akal sang putri mengarang cerita untuk mengadu domba. Bahwa Ratu Wuyan menjelekkan dan menghina sang guru.
Ditambah lagi dengan segala bumbu penyedap, agar sang guru mau membantunya membalas segala dendam kesumat pada Ratu Wuyan.
Akhirnya sang guru terhasut juga dengan segala muslihat dan keluar hutan.
Ketika berhadapan, Ratu Wuyan, mengaku tidak mengenal sang guru, sehingga mana mungkin ia menghina orang yang tak dikenal?
Sang guru tidak percaya makin marah dan terhina. Bagaimana mungkin sang ratu tidak mengenal dirinya yang terkenal karena memiliki ilmu tinggi dan sudah mencapai setengah suci.
Mengamuklah sang guru, energi negatif emosi menguasai dirinya ingin segera menaklukkan Ratu Wuyan yang dianggap kurang ajar.
Dalam pertarungan sengit sang guru yang dikuasai emosi mati mengenaskan bersama dengan muridnya. Karena konon Ratu Wuyan adalah titisan dewi kahyangan.
Menyedihkan nasib sang guru yang mengaku sudah mencapai setengah abadi. Mati hanya karena hasutan. Sejatinya dengan ilmu yang tinggi dapat mengendalikan diri dan tidak mudah merasa terhina dalam kesombongan diri.
Ternyata ego masih menjadi raja. Oleh hasutan saja termakan api marah yang membara. Bukannya bijak menyikapi segala perkara. Apa bedanya dengan manusia yang masih level biasa?
Bukankah dalam kehidupan nyata memang juga ada yang demikian? Tidak sedikit manusia yang telah mencapai level tertentu bisa jatuh oleh hal yang sepele.
Ibarat susu sebelanga bisa rusak hanya oleh setitik nila. Rugi kali bandar ini.
Memiliki ilmu agama, pendidikan, atau kedudukannya tinggi, tetapi bisa terlena oleh hal yang sepele, akhirnya malah jadi hina.
Diam-diam jadi gila hormat. Selalu mau diperlakukan secara khusus. Kesombongan bersembunyi pula. Selalu memandang rendah orang lain. Tanpa sadar, malah merasa layak.
Hidup dalam ketinggian ilmu, tetapi lupa untuk berperilaku rendah hati. Sungguh ironis. Ilmu yang ada baru sampai otak, belum menyentuh jiwa. Hidup masih terjajah kepintaran, nurani belum menjadi tuan.
@refleksihati, 07 November 2022
Gambar diolah dari: postwrap
Facebook Comments