Mengapa Sebagian Hantu Indonesia Bergender Perempuan?

Menarik bahwa sebagian hantu Indonesia bergender perempuan. Coba saja kita ingat hantu-hantu urban legend dan hantu pop film di Indonesia. Ada si Manis Jembatan Ancol, kuntilanak baju merah Terowongan Casablanca, nenek gerondong, Mak Lampir.
Ada pula hantu-hantu lokal bergender perempuan: wewe gombel, kuntilanak, sundel bolong, dan kuyang.

Kuntilanak
Sejatinya mitos tentang kuntilanak tersebar luas di Malaysia, Singapura, dan juga Indonesia. Dalam bahasa Melayu, hantu ini disebut pontianak atau puntianak.
Menurut kisah yang beredar, kuntilanak tadinya adalah wanita mengandung yang meninggal dunia.

Nama “puntianak” adalah kependekan dari “perempuan mati beranak.” Demikian tulis Lee R dalam The Almost Complete Collection of True Singapore Ghost Stories, 1989.

Wewe gombel
Wewe gombel adalah hantu perempuan yang meninggal saat ingin punya anak. Demikian penuturan sutradara film Joko Anwar yang sukses dengan film “Pengabdi Setan” dan juga Folklore: A Mother’s Love yang tayang di HBO.

Adapun gombel diperkirakan adalah nama bukit Gombel di Semarang yang menjadi asal kisah wewe ini.

Sundel bolong
Sundel bolong adalah hantu perempuan yang punggungnya berlubang.

Kuyang
Kuyang di Kalimantan digambarkan sebagai sosok hantu perempuan yang berwujud hanya kepala dan usus yang melayang-layang mencari darah bayi yang baru lahir. Jika dipikir-pikir, kuyang ini mirip dengan palasik dalam versi Minangkabau.

Saya pernah menonton video yang dikatakan sebagai kuyang yang tertangkap warga sekitar belasan tahun silam. Sayangnya dalam video itu, kurang jelas gambarnya. Tidak ada juga keterangan lokasi dan waktu sehingga sulit memastikan kebenarannya.

Aneka penjelasan (semi)ilmiah mengenai sosok hantu perempuan
Pernahkah Anda bertanya, mengapa sebagian hantu Indonesia bergender perempuan? Apakah ini kebetulan saja, ataukah ada penjelasan sosiologis dan kultural?
Sejatinya adanya sosok-sosok hantu yang bergender perempuan bukan fenomena khas Indonesia saja. Di Eropa pun ada sosok yang digambarkan mirip wewe gombel ala Semarang. Sama halnya di Thailand dan Malaysia, ada pula kesamaan sosok-sosok hantu perempuan.
Kenapa bisa demikian? Inilah kiranya tiga alasan sosiologis dan kultural yang kiranya menjadi alasannya.

1. Hantu perempuan dikaitkan dengan bahaya yang dihadapi wanita
Berbeda dengan pria, wanita memiliki bahaya khas yang mengancam jiwanya. Ini terkait dengan proses mengandung dan melahirkan anak.
Aneka mitos hantu perempuan yang mengancam bayi dalam kandungan maupun bayi yang telah dilahirkan kemungkinan bertujuan agar para wanita berhati-hati saat mengandung, melahirkan, dan membesarkan anak.
Demikian pula keluarga (suami terutama) diharapkan menjaga istri yang sedang mengandung atau sedang merawat bayi. Dalam adat sebagian masyarakat tradisional di Indonesia, ada tradisi menjaga ibu yang baru saja melahirkan.

2. Hantu perempuan dikaitkan dengan kematian ibu hamil dan bersalin
Terkait pula dengan pokok gagasan pertama, kisah-kisah hantu perempuan yang meninggal ketika bersalin merefleksikan realitas kematian wanita ketika mengandung dan bersalin. Fakta ini terjadi pula di Indonesia sejak dahulu hingga kini.

Dilansir dari Kompas.com, dari 1.000 kelahiran hidup sekitar 30% ibu melahirkan mengalami kematian. Meiwita Budhiharsana dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia menjelaskan, berdasarkan data pada 2018 – 2019, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi, yakni 305 per 1.000 kelahiran hidup.

Kisah-kisah hantu perempuan yang meninggal ketika hamil dan bersalin kiranya menggambarkan betapa tinggi resiko kematian ibu, juga di zaman modern ini.

Masih tingginya angka kematian wanita hamil dan ibu bersalin di tanah air menjadi tantangan bagi kita semua. Sudahkah pencukupan gizi dan pemberantasan kemiskinan menjadi prioritas pembangunan kita? Sudahkah layanan kesehatan di pelosok tanah air memadai untuk menjaga keselamatan ibu dan bayi?

3. Hantu perempuan adalah produk misogini
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi V menakrifkan misogini sebagai ‘orang yang membenci wanita’. Sejatinya, siapa pun bisa menjadi misogini. bahkan sesama perempuan.

Telaah tentang misogini telah luas dipelajari di kalangan akademisi. Istilah mysogyny berasal dari kata Yunani Kuno “mīsoguniā” yang berarti kebencian terhadap wanita.
Misogini telah mewujud dalam berbagai bentuk seperti hak istimewa laki-laki, budaya patriarki, diskriminasi gender, pelecehan seksual, sikap meremehkan perempuan, kekerasan terhadap perempuan, dan objektifikasi seksual terhadap perempuan

Akar misogini dapat ditelusuri kembali ke mitologi Yunani kuno. Menurut Hesiod, sebelum wanita muncul, pria hidup berdampingan secara damai sebagai sahabat Dewa sampai Prometheus mencuri rahasia api dari Dewa yang membuat Zeus marah.
Zeus menghukum manusia dengan mengirim Pandora, wanita pertama yang membawa kotak yang melepaskan semua kejahatan seperti derita melahirkan, penyakit, usia tua, dan kematian.

Kisah-kisah hantu perempuan bisa jadi adalah produk pandangan misogini ini. Juga film-film yang melukiskan wanita sebagai tokoh jahat dan pria sebagai tokoh baik kiranya secara sadar atau tidak sadar merefleksikan pandangan misoginis.

Wasana kata, artikel sederhana warga biasa ini hanyalah pemantik diskusi belaka. Silakan berbagi pandangan dan komentar. Apa saja nama hantu-hantu bergender wanita dalam tradisi lokal daerah Anda?

Di balik budaya Nusantara, juga kisah-kisah hantu perempuan, kiranya ada hikmah kehidupan yang tersirat:
Wanita perlu dilindungi, terutama dalam masa-masa rentan dalam hidupnya: mengandung, melahirkan, dan membesarkan anak.

Salam literasi dan salam budaya, R.B

Facebook Comments