Di mana lagi air mata hendak disembunyikan,
ketika suara tangis kalah lantang
dari luka-luka di sekujur tubuh sejarah
Siapa yang harus bertanggung jawab
atas nasib laki-laki yang kehilangan namanya, tanahnya atau asal-usulnya
setelah diangkut ke pengasingan
menyisakan stigma yang melekat pada perempuan-perempuan dan anak-anak mereka
Namun kepulangan tak selalu berarti kebebasan
sebab kecurigaan dan prasangka adalah doktrin
yang tumbuh sejak dalam pikiran
menyusup ke ruang-ruang keluarga, meja-meja makan hingga kamar-kamar
Setelah Kartini dengan surat-suratnya
hingga zaman perempuan-perempuan berserikat
ruang-ruang mereka tumpas melalui satu malam berdarah
disusul maklumat serupa pesan kematian
mengantarkan suara-suara mereka pada senyap yang panjang
agar kemudian dilupakan
Hari itu tiba, hari untuk mengakui dan menulis ulang kemenangan
apa-apa yang pernah direbut oleh penguasa,
harap dikembalikan kepada pemiliknya
Puisi ini merupakan interpretasi atas salah satu karya yang ditampilkan dalam agenda Biennale Jogja 2023. Karya berjudul Need Space for Woman (NSFW) yang diangkat oleh seniman Yusi Yuansa ini berupa mading pengumuman yang merepresentasikan arsip bendawi di lingkungan pemukiman Ngadiwinatan.
Facebook Comments