Dalam kehidupan kita, sering kali kita tanpa sadar menukar emas dengan lumpur. Maksudnya, kita menukar yang berharga dengan yang tidak berharga sama sekali.
Ambil contoh, seorang pemuda yang memilih untuk hidup bersenang-senang dan melupakan sekolah dan kuliahnya. Ia asyik bermandi lumpur sampai lupa bahwa ilmu yang adalah emas itu justru ia abaikan pada masa mudanya.
Contoh lain, seorang ayah atau ibu yang sibuk dengan pengejaran karier dan hobi-hobi pribadi sampai kurang memperhatikan pasangan dan anak-anaknya. Akibatnya, dengan anak sendiri hubungan menjadi renggang.
Paling fatal ketika anak-anak beranjak dewasa, mereka merasa kurang dicintai oleh orang tua mereka sendiri. Relasi orangtua dan anak menjadi hambar karena pada masa kecil anak-anak itu kurang mendapatkan kasih sayang yang memadai bagi pertumbuhan mereka.
Untuk mendapatkan emas memang tidak mudah. Beda dengan mencari lumpur yang ada di mana-mana tanpa perlu usaha. Untuk mendapatkan emas murni, orang harus berjuang keras dan tahan uji.
Zaman kiwari, orang muda sering dijuluki generasi stroberi. Maksudnya generasi yang tampak menarik dari luar, tetapi rapuh bak stroberi yang mudah penyok ketika mendapat tekanan atau terkena panas.
Resiliensi atau ketahanan uji menjadi sesuatu yang sungguh hilang di kalangan sejumlah besar insan muda dan kita.
Karakter pribadi akan teruji kala dihantam aneka kesulitan dan keprihatinan hidup. Jangan sampai kita lalai mendidik diri dan anggota keluarga kita sehingga kita menjadi seperti stroberi yang tampak indah namun sebenarnya rapuh.
Salam hangat. RB untuk Inspirasianakita.com, 1 Januari 2024.
Facebook Comments