Granny Bliss’ Diary
Salahkah jika Ibu Tak Mampu Memberikan ASI Eksklusif?
Baby K kini telah berusia 5 minggu. Dia tumbuh sehat dan ibunya bahagia karena dapat memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif sejak baby K pulang ke rumah.
Tahukah Anda, pemberian ASI eksklusif diatur dalam Undang-Undang (UU) dan Peraturan Pemerintah (PP)?
UU nomor 36 tahun 2009 pasal 128 ayat (1) berbunyi, “Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis.”
Dalam PP nomor 33 tahun 2012 mempertegas bahwa ASI eksklusif adalah pemberian ASI kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.
Pengalamanku: ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi
Peraturan-peraturan di atas dibuat bukan tanpa alasan. ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi dan fungsinya tidak dapat tergantikan oleh makanan dan minuman apapun.
Anak yang mendapat ASI Eksklusif dan pola asuh yang tepat akan tumbuh dan berkembang secara optimal dan tidak mudah sakit. Pemberian ASI juga mampu mempererat ikatan emosional antara ibu dan anak. (1)
Namun, tidak semua ibu dapat mengeluarkan ASI segera setelah melahirkan. Hal itu aku alami sendiri. Dua hingga tiga dekade yang lalu, belum ada aturan tentang pemberian ASI eksklusif.
Anak sulungku lahir dengan berat di bawah normal. Pihak rumah sakit memberikan susu formula khusus untuk bayi dengan berat lahir di bawah normal. Pemberian susu formula ini dihentikan setelah berat badannya mencapai batas normal.
Produksi air susuku tidak mencukupi kebutuhan anakku. Ibuku memasakkan sayur katuk, membuatkan susu almon, dan masakan lain yang dipercaya dapat meningkatkan produksi ASI.
Aku juga melakukan pijat payudara dan tetap berusaha menyusui bayiku secara langsung. Namun, tetap saja aku tidak sanggup memenuhi kebutuhannya dengan ASI yang ada.
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, aku memberikan tambahan susu formula secara selang-seling dengan pemberian ASI. Hal ini berjalan hingga anak sulung berusia 3 bulan. Pada saat itu, aku harus kembali bekerja sekaligus dinyatakan hamil anak kedua.
Anak kedua lahir saat kakaknya berusia 11 bulan. Berbeda dengan anak sulung yang lahir secara normal, aku melahirkan anak kedua melalui operasi caesar.
Terlepas dari semua usaha yang kulakukan untuk menghasilkan ASI, anak kedua bahkan hanya mendapatkan sedikit ASI dalam 7 hari pertama kehidupannya. Setelah itu, aku tidak mampu memproduksi ASI sama sekali. Hal yang sama terjadi pada anak bungsu.
Anak ketiga lahir dengan berat normal. Dalam tiga bulan pertama kehidupannya, dia mendapatkan ASI lebih banyak dibanding anak pertama. Aku hanya memberinya susu formula ketika dia masih menangis kelaparan setelah kuberi ASI.
Seperti saat menyusui anak pertama, ketika usia anak ketiga genap 3 bulan dan aku harus kembali bekerja, produksi ASI juga terhenti. Jadi, dua orang anakku mendapat ASI parsial (ASI ditambah susu formula) selama 3 bulan, dua yang lain hanya mendapat ASI parsial selama satu minggu.
Apa yang dapat dilakukan jika ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi?
Hingga hari kedua usia baby K, sesungguhnya ASI putriku belum keluar dengan lancar. Melihat baby K menangis kelaparan, ia meminta izin dari pihak rumah sakit agar dapat memberikan susu formula untuk sementara.
Untuk itu, ia harus menandatangani surat pernyataan bahwa baby K tidak diberikan ASI eksklusif atas permintaan dirinya sebagai ibu. Ia juga berjanji akan memberikan ASI eksklusif segera setelah ASI keluar dengan lancar.
Di bawah ini adalah 5 langkah atau kiat meningkatkan produksi ASI menurut pengalaman putriku:
Pertama, periksa pelekatan mulut bayi pada payudara ibu
Ia meminta suster melihat apakah mulut baby K sudah melekat sempurna pada payudaranya. Kepada suster, ia meminta diajarkan posisi menyusui yang tepat.
Tentu saja, ia juga merasakan apakah dirinya dan baby K sudah merasa nyaman dengan posisi menyusui tersebut.
Kedua, terus menyusui secara langsung
Meskipun ASI belum keluar, ia tetap membiarkan bayi menyusu langsung. Menurut sebuah artikel yang pernah dibacanya, isapan mulut bayi merupakan stimulasi terbaik agar ASI lekas diproduksi oleh payudara.
Jadi, ia berusaha memberikan ASI sesering mungkin, terutama jika baby K memperlihatkan tanda lapar.
Ketiga, pompa ASI
ASI dapat diperah dengan menggunakan tangan. Selain itu, dapat juga dipompa menggunakan pompa ASI yang memiliki daya isap baik. Putriku memilih yang kedua.
Melansir sehatq.com, para ibu disarankan memompa ASI secara reguler, yakni setiap 2-3 jam sekali. Di awal masa menyusui, mungkin hanya mendapatkan beberapa tetes ASI perah. Namun, produksi ASI akan melimpah jika rutin mengosongkan ASI dari payudara.
Bagaimana jika ibu harus kembali bekerja sebelum anak berusia 6 bulan? UU nomor 36 tahun 2009 pasal 128 ayat (3) mewajibkan untuk menyediakan fasilitas khusus yang mendukung pemberian air susu ibu di tempat kerja.
Di kantor kami, para ibu yang sedang menyusui diberi waktu dan tempat yang tenang untuk memompa ASI. Kami juga menyediakan freezer sebagai sarana penyimpanan ASI selama jam kerja.
Keempat, jaga pola hidup sehat.
Keempat, menerapkan pola hidup sehat
Penting juga untuk menerapkan pola hidup sehat. Ibu menyusui perlu memperbanyak minum air putih dan mengonsumsi makanan sehat. Minum dan makan makanan bergizi dipercaya dapat membantu meningkatkan produksi ASI.
Sejak pulang ke rumah, besanku memasakkan daun katuk dan sangat menjaga asupan gizi putriku. Aku sungguh bersyukur atas kebaikan ini. ASI putriku mengalir dengan lancar sehingga ia dapat memberi ASI eksklusif kepada baby K.
Penggunaan kontrasepsi hormonal berupa pil dan suntik KB setelah melahirkan juga bisa menyebabkan ASI menjadi sedikit. Ibu menyusui yang ingin menggunakan pil KB dianjurkan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Akan halnya putriku, ia memutuskan tidak memulai program KB hingga program ASI eksklusif selesai.
Kelima, lakukan pijat payudara
Ada banyak tutorial pijat payudara di situs berbagi video maupun sosial media. Selain itu, ibu menyusui juga dapat mengunjungi konselor laktasi untuk mengetahui gerakan yang tepat sebelum mempraktikkannya sendiri di rumah.
Putriku menggunakan jasa pijat payudara yang datang ke rumah. Kesempatan pijat payudara tersebut sekaligus juga merupakan me time baginya.
Salahkah jika tak mampu memberi ASI eksklusif?
Aku bersyukur anak pertama dan ketiga bisa mendapatkan ASI parsial selama 3 bulan. Pada saat itu, tidak ada tekanan untuk memberikan ASI eksklusif. Dapat memberikan ASI parsial selama 3 bulan sudah membuatku merasa sangat gembira.
Bagaimana dengan anak kedua dan keempat yang hanya mendapatkan ASI parsial dalam jumlah yang sangat sedikit selama satu minggu? Tak urung, aku menyalahkan diri sendiri dan merasa gagal.
Komentar-komentar seperti “ASI adalah nutrisi terbaik” dan “kamu harus makan ini dan itu, harus begini dan begitu” membuatku semakin merasa bersalah, gagal, dan malu.
Melansir Forbes, payudara adalah organ rumit yang tidak selalu berfungsi sesuai harapan. Selain itu, laktasi yang sukses membutuhkan keseimbangan fisik dan emosional. Beberapa wanita dapat menyusui dengan baik, sementara yang lain mengalami tantangan yang membuatnya tidak dapat menyusui. (2)
Summer Friedmann, seorang konsultan laktasi, mengajak para ibu yang tidak mampu menyusui untuk membingkai perasaannya sebagai kesedihan, bukan rasa bersalah.
Rasa bersalah adalah apa yang kita rasakan ketika kita telah melakukan sesuatu yang salah. Kesedihan adalah apa yang kita rasakan ketika ada sesuatu yang penting bagi kita namun tidak berjalan seperti yang kita inginkan.
Jika kita sudah melakukan segala usaha terbaik yang dapat dilakukan untuk memperlancar produksi ASI namun ASI tetap tidak keluar, hal itu sudah berada di luar kendali kita. Tidak ada alasan untuk merasa bersalah.
#cerita Baby K – 008
Facebook Comments