Tersesat Jalan

Gambar: Pixabay.com/kbhall17

Acap kali jalan hidup yang dipilih sudah benar, tetapi keadaan yang sering kali pula menyesatkan. Celakanya bertemu orang yang salah menunjukkan jalan pula.

Pagi itu saya hendak mengantar istri ke rumah saudara di Gading Serpong, Tangerang. Bermodalkan alamat dari peta yang dikirim.

Ketika memasuki jalur utama perumahan tersebut saya baru menyalakan peta. Saat itu saya melihat sekilas petunjuknya. Jalan lurus bertemu bundaran belok kanan.

Lalu gawainya saya minta istri yang pegang dengan maksud kemudian mengarahkan sesuai petunjuk yang ada di peta.

Jalan belum lama, layar gawai tersentuh, sehingga tampilan di layar berubah. Saya berusaha membenarkan posisinya.

Ada yang berubah. Sekarang setelah bertemu bundaran petunjuknya malah belok ke kiri. Jadi bingung sendiri.

Setelah saya mengembalikan ke awal pengaturan peta, petunjuknya tetap belok kiri.

Ya, sudah ikut saja. Saya ikuti petunjuk di peta. Benar juga arahnya karena posisi semakin mendekati tujuan. Lega.

Ketika saya lihat lagi. Apa yang terjadi?

Yang terjadi kemudian tampak lokasi yang dituju semakin menjauh. Bagaimana pula ini?

Di antara kebingungan ini, istri minta jangan pakai petunjuk peta lagi. Kembali ke cara lama dengan bertanya.

Pilihan yang paling tepat biasanya adalah ke satpam atau tukang ojek. Pasti mereka lebih tahu kondisi dan posisi.

Sebelumnya istri juga memberitahukan ke saudara posisi terkini di depan sebuah sekolah dengan gedung-gedung yang megah.

Ternyata posisi kami memang sudah salah arah atau sudah berlawanan arah dengan tujuan.

Lalu diberitahukan patokan alamatnya, yakni dekat sebuah sekolah dan Polsek.

Setelah bertanya ke satpam sekolah tempat kami berada dan mengikuti petunjuk, ternyata kembali ke posisi awal jalur utama saat masuk.

Karena masih bingung, pas bertemu satpam saya bertanya lagi. Katanya sekolah yang kami maksud ada di depan lagi.

Sepanjang jalan bertemu beberapa sekolah, tetapi tidak bertemu dengan nama sekolah yang dimaksud. Terakhir sudah sampai jalan mentok pun tidak ada.

Kembali bingung, sementara waktu bergerak terus.

Kembali saya bertanya dengan orang yang sedang parkir di pinggir jalan.

Sekarang petunjuknya justru berlawanan arah dengan petunjuk dari satpam. Terpaksa kembali ke arah semula. Walaupun masih diliputi kebingungan.

Bertanya lagi. Setelah mengikuti malah posisi sudah berada di luar perumahan. Kacau.

Namun, seketika saya ingat karena pernah melalui jalan ini dan bisa masuk kembali ke arah perumahan.

Tiba-tiba juga otak saya mengingat nama sekolah sebagai patokan ke alamat yang dituju. Karena dahulu saat awal-awal pembangunan perumahan ini sering melewati.

Istri yang mulai ngomel karena saudara juga sudah telepon dan posisi kami sudah di perkampungan. Dia berpikir posisi kami semakin jauh alias tersasar.

Saya abaikan. Karena saya sudah yakin bisa sampai tujuan. Karena memang cukup mengenal lokasi yang sedang kami lalui.

Benar saja dalam hitungan menit posisi kami sudah sampai di depan sekolah yang dimaksudkan.

Pengalaman di atas membuat saya menemukan sebuah cermin tentang kehidupannya yang terjadi.

Apaan tuh?

Markilama. Mari kita menyelami bersama.

Sebenarnya petunjuk peta pertama itu sudah benar. Hal ini saya sadari ketika jalan pulang karena keluar persis melalui jalur itu.

Bukankah demikian dalam perjalanan hidup ini?

Awalnya kita menjalani hidup dengan benar sesuai dengan petunjuk kebenaran. Berdasarkan kitab suci atau ajaran agama yang kita yakini.

Selanjutnya karena ada gangguan atau masalah kehidupan, akhirnya mengikuti pengertian sendiri.

Kita berpikir tidak ada salahnya mengikuti jalan ini. Ternyata justru semakin menjauhkan kita dari kebenaran. Tersesat.

Ketika kita menyadari berada di jalan sesat dan ingin kembali ke jalur yang benar. Kita berusaha meminta petunjuk dari mereka yang kita yakini berkompeten.

Apakah demikian?

Ternyata tidak selalu demikian kebenarannya. Adakalanya justru semakin membuat tersesat.

Ketika bertemu dengan orang yang kita pikir tidak berkompeten dan memberikan petunjuk yang benar justru menimbulkan kebingungan. Terjadi perang batin. Manakah yang harus diikuti?

Dalam kondisi ini yang diperlukan adalah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk kebenaran sejati.

Seperti yang saya alami, saat dalam kebingungan saya berusaha tenang untuk mengingat kembali kebenaran petunjuk jalan yang pernah saya lalui.

Fokus pada keyakinan dan mengabaikan omongan lain. Dalam hal ini omelin istri yang justru akan mengacaukan menemukan jalan yang benar.

Dalam lautan kehidupan ini kita pasti akan banyak bertemu petunjuk. Kadang salah dan menyesatkan. Kadang benar, tetapi membingungkan.

Namun, kita memang perlu terus berusaha sampai menemukan kesadaran di dalam diri kita, sehingga benar-benar menemukan petunjuk yang benar.

@cermindiri, 01 Agustus 2022

Diolah dari Canva

Facebook Comments