Apakah kita sadar ada hal-hal kecil yang bisa membuat kehilangan kesadaran?

Sejatinya hal-hal kecil tidak menimbulkan masalah dalam kehidupan ini, apabila menggunakan akal sehat menyikapi. Hal yang kecil menjadi tiada. Hal yang besar menjadi kecil. Kemudian menyelesaikan tanpa menjadi masalah. Bukan sebaliknya.

Bukankah seharusnya demikian?

Teorinya memang gampang. Seperti membalikkan telapak tangan saja. Lain cerita dalam kehidupan nyata.

Hal-hal kecil bisa menjadi masalah besar. Bahkan jadi bencana yang tak diharapkan.

Dalam masyarakat dan keluarga. Dalam pekerjaan. Hubungan antar teman. Pun dalam rumah tangga. Begitu banyak hal kecil jadi penyebab salah paham. Kemudian jadi masalah yang merusak hubungan yang sebelumnya baik-baik saja.

Apa sebab?

Karena manusia masih dikuasai ego, sehingga begitu genit meributkan hal-hal kecil. Tidak lapang dada. Tidqk berhati luas. Hal kecilpun membuat sesak dan tak terima.

Karena si ego yang sok kuasa ini akan selalu merasa dirinya berada di jalan paling benar. Tidak mengenal istilah mengalah. Gengsi yang lebih bicara.

Ini yang menjadi sumber masalah. Hal yang kecil pun bisa menjadi masalah besar. Misalnya gara-gara masalah odol.

Tidak percaya? Mengada-ada? Ada cerita.

Seorang istri menggugat cerai suaminya dengan alasan tidak ada kecocokan lagi. Bukankah umumnya demikian alasan suami istri ketika hendak bercerai?

Tidak ada kecocokan lagi. Padahal namanya menikah itu untuk membina rumah tangga dan membina kecocokan. Saling melengkapi agar selalu cocok.

Seperti mur dan baut. Sendok dan garpu. Sapu dan pengki. Semuanya bukan benda yang sama, tetapi justru bisa saling melengkapi dengan bekerja sama.

Bicara kecocokan, rasanya tidak ada dua manusia yang selalu cocok dalam segala hal. Termasuk kembar sekalipun.

Jadi, omong kosong kalau mau selalu cocok dalam segala hal.Apa yang menjadi alasan ketakcocokan si istri menggugat cerai?

Odol. Biang keroknya.

“Saya sudah tidak tahan lagi. Benar-benar sudah tidak ada kecocokan!” si istri mengungkapkan kekesalan di depan hakim.

Ya, si istri sudah tidak tahan dengan cara suaminya memencet odol. Yaitu, selalu saja dari bagian atas. Sementara ia selalu memencet dari bagian bawah.

Setiap pagi ia selalu komplain ketika hendak gosok gigi. Kesal melihat bentuk odol yang tidak sesuai keinginannya.

Si suami juga punya alasan, lebih enak memencet dari bagian atas dan itu sudah kebiasaan sejak muda. Sebelum menikah.

Jadi, pasangan suami istri ini hampir setiap pagi ribut hanya gara-gara masalah ini.

Manakah cara yang paling benar? Jelas, masing-masing merasa caranya yang paling benar.

Mengetahui alasan si istri minta cerai, Pak Hakim jadi senyum-senyum. Hal yang seharusnya tidak terjadi hanya karena masalah odol. Apa kata dunia?

“Sudah, sudah tak usah cerai kalian. Saya punya solusi ampuh untuk menyelesaikan masalahnya. Ini saya kasih masing-masing satu odol. Silakan gunakan dengan cara sesuka hati dan sepuasnya.”

Begitu gampang dan sederhananya, bukan? Kenapa mesti ribut terus selama ini?

Mungkin kita geli atau ini cerita terlalu mengada-ada. Tidak mungkin ada kejadian seperti ini. Mungkin. Namun, bisa terjadi dalam kasus berbeda kalau ego terlalu besar yang bicara.

Realitas yang takbisa kita pungkiri tak sedikit masalah besar timbul hanya dari hal yang sepele. Yang mana ketika akal sehat kita berfungsi–istilahnya saat sadar–sering kali kita menyesali masalah yang telah timbul.

Kenapa bisa terjadi hanya karena hal kecil bisa jadi ribut besar?

Itulah sebabnya, penyesalan selalu datang belakangan. Karena akal sehat tidak digunakan. Padahal ketika mau menggunakan akal sehat dengan baik masalah akan selesai tanpa masalah. Seperti slogan pegadaian itu.

Sejatinya masalah bukan dicari atau diada-adakan, tetapi diselesaikan. Gunakan akal sehat.

@cermindiri, 01 Oktober 2022

Canva

Facebook Comments