Granny Bliss’ Diary
Bagian pertama
Sabtu keempat di bulan April. Sebundel sukacita hadir dalam keluarga kami. Seorang bayi laki-laki yang menggemaskan hati.
Aku tidak akan pernah melupakan momen bahagia itu. Seminggu sebelum ulang tahunku delapan bulan yang lalu.
Putri sulungku mengirim sebuah foto melalui WA. Dua buah alat tes kehamilan yang masing-masing memperlihatkan dua garis merah.
“Early birthday gift nih ma,” tulisnya. “Masih baru banget, jangan bilang siapa-siapa dulu. Kemarin aku sudah ke dokter, katanya masih baru banget, paling 4-5 minggu. Dia kasih obat penguat kandungan. Kontrol lagi 2-3 minggu.”
Sulit untuk menjelaskan bagaimana perasaanku membaca kabar bahagia itu. Luapan emosi yang benar-benar luar biasa untuk dijelaskan dengan kata-kata!
Putriku dan suaminya tidak menunda kehamilan. Mereka dengan sabar menunggu selama dua puluh satu purnama untuk mendapatkan kejutan ini.
Akhirnya, Tuhan berkenan memberi mereka kepercayaan untuk merawat ciptaanNya yang istimewa. Tuhan berkenan merenda sebuah keajaiban dalam rahim putriku.
Awalnya putriku berencana melahirkan secara normal. Namun, karena dia memiliki riwayat penyakit asma dan berat bayinya diperkirakan lebih dari 4 kg, dokter menyarankan untuk melahirkan secara caesar saja.
Melahirkan di era pandemi, ada beberapa protokol kesehatan yang harus kami patuhi. Salah satunya, persyaratan untuk mengunjungi pasien di ruang perawatan.
Setiap pengunjung harus dapat memperlihatkan bukti antigen negatif COVID-19. Antigen harus dilakukan di tempat-tempat yang sudah terhubung ke aplikasi PeduliLindungi.
Kegiatan baby show di mana pengunjung boleh melihat bayi dari balik dinding kaca ruang bayi pun ditiadakan. Pengunjung yang ingin melihat bayi di ruang bayi, juga perlu mematuhi persyaratan antigen di atas.
Bersyukur, pihak rumah sakit memberi kami izin untuk bertemu putriku sebelum dia masuk ke ruang operasi. Bersama suami dan menantuku, aku mengantarnya hingga ke depan ruang operasi.
Rasanya tidak percaya. Bayi pertama yang keluar dari rahimku 29 tahun yang lalu, kini akan menjadi seorang ibu.
Saat putriku bangkit dari kursi roda, kami melihat ada noda darah di kursi tersebut. Sebentuk senyum lega terkembang.
Cucu pertamaku memberi tanda. Ia sepakat dengan pilihan jadwal operasi yang diputuskan orang tuanya. Ini memang sudah waktunya ia ingin melihat dunia.
Tidak lama kemudian, ibu mertua putriku tiba bersama kakak iparnya. Berlima dengan suami dan menantuku, kami menunggu di ruang tunggu yang disediakan.
Tiba waktunya, kami dipanggil kembali. Seorang dokter dan seorang suster mendorong kereta bayi keluar dari ruang operasi.
Bundel sukacita kami telah tiba! Sepotong surga yang dikirim oleh Tuhan ke dalam dunia.
Seorang bayi laki-laki dengan berat sedikit di atas 4 kg dan panjang 53 cm. Ia tampak sehat dan menangis nyaring. Putriku dan suaminya menamai buah cinta mereka “baby K”.
Ayahnya sibuk mengambil foto dan kakeknya sibuk mengambil video. Keduanya tampak sangat menikmati momen menjadi ayah dan kakek untuk pertama kali.
Teringat kembali saat-saat suamiku berusaha memotret setiap perkembangan putri sulung kami dengan kameranya. Juga saat kami menggunting gambar-gambar yang menarik dari brosur dan majalah.
Ya, momen indah itu telah lama berlalu. Kami mendiskusikan kepsyen untuk setiap foto, aku mengetiknya di komputer lalu mencetaknya di kertas warna-warni dan mengguntingnya.
Kami menyusun foto dan kepsyen di album foto, lalu menghiasnya dengan guntingan gambar-gambar pilihan. Tumpukan album foto yang merekam perjalanan putri sulung kami di tahun-tahun awal hidupnya, masih tersimpan rapi hingga kini.
Aku tersenyum sendiri mengenang cara dokumentasi yang sudah lama kami tinggalkan itu. Album foto Baby K nanti mungkin akan berupa Instagram feed atau Insta story. Mungkin juga orang tuanya akan mendokumentasi perkembangannya dalam YouTube atau media lain.
Granny Bliss yang masih belajar bagaimana menjadi seorang nenek yang baik ini, juga ingin mendokumentasikan momen-momen pembelajarannya.
Ya, 22 tahun telah berlalu sejak kelahiran putri bungsuku. Tahun-tahun berlalu dan zaman berganti. Apa yang aku pelajari saat awal menjadi ibu, mungkin sudah tidak cocok dengan kondisi yang kini dihadapi putriku.
Aku perlu belajar bersama putriku. Semoga kami dapat menjadi partner yang saling mendukung dan mengisi lembar-lembar kehidupan Baby K dengan kisah-kisah bermakna.
Baby K siap menjelajah dunia. Tangannya membawa segenggam bahagia. Hatinya terisi penuh dengan cinta. Ia siap menyusuri lorong demi lorong rahasia, bersama malaikat pelindung yang setia menjaganya. Menggenapi kisah gubahan Sang Maha Pencipta.
#cerita Baby K – 001
Facebook Comments