Dari Bahasa Mana Kata “Kucing” dan “Pus” Berasal?

Pernahkah kita bertanya, dari bahasa mana kata “kucing” dan “pus” diserap oleh bahasa Indonesia?

Masyarakat Indonesia sudah akrab dengan kucing sejak lama. Akan tetapi, banyak yang belum tahu mengenai asal kata “kucing” dan “pus”.

Relief di Candi Mendut yang dibangun pada abad kesembilan melukiskan fabel kucing yang berpura-pura tampil sebagai pemuka agama untuk mengelabui para tikus. Seekor tikus memberi saran agar kucing itu mengenakan kalung lonceng agar makin tampak saleh.

Naskah kuno La Galigo mengisahkan, kucing adalah penjaga Dewi Sangiasserri (dewi padi). Kucing dalam tradisi Bugis-Makassar adalah penjaga lumbung padi dari serangan tikus (Dul Abdul Rahman, 2017:263).

Orang Indonesia umumnya memanggil kucing dengan sebutan “Pus”. Pertanyaannya, dari bahasa mana kata “kucing” dan “pus” berasal?

Kata “kucing” tidak bersangkut paut dengan kata cat (Inggris) yang berasal dari cattus (Latin). Dari cattus ini lahir pula kata gato (Portugis dan Spanyol), chat (Perancis) dan aneka padanan dalam rumpun bahasa Roman.

Kata “kucing” juga tak mirip dengan qut (Arab), biladi (Gujarat), mao (Mandarin) dan neko (Jepang). Menariknya, kata “kucing” mirip sekali dengan kata bahasa Tagalog kuting (anak kucing).

Sementara itu, panggilan sayang untuk kucing, yakni “pus” mirip dengan puss (Inggris). Puss muncul perdana dalam tulisan pada abad keenam belas. Kata ini sangat mirip dengan kata bahasa Belanda poes (kucing).

Kata serupa puss atau poes juga ditemukan dalam sejumlah dialek Jerman, Denmark, Swedia, dan Irlandia. Suku Indian Pawnee memanggil kucing dengan sebutan pus atau kita pus.

Uniknya, kata “pus” amat mirip dengan kata bahasa Tagalog pusa yang artinya kucing dewasa. Menariknya lagi, anak kucing dalam bahasa Tagalog disebut kuting.

Sejatinya bahasa Tagalog berkerabat dengan bahasa-bahasa di Kalimantan, Sulawesi Utara, dan Sabah. Ada cukup banyak kata bahasa Tagalog yang persis atau mirip dengan kata bahasa Indonesia. Contohnya anak, mahal, murah, sakit, dan utak (otak).

Amat mungkin kata kuting (anak kucing) dan pusa (kucing dewasa) adalah asal kata “kucing” dan “pus”. Terjadi modifikasi pengucapan dan pergeseran makna. Kuting menjadi kucing dan dipakai untuk menyebut kucing dewasa. Pusa menjadi “pus” dan digunakan untuk memanggil kucing.

Akan tetapi, sebutan “pus” untuk kucing tidak hanya terbatas pada bahasa Indonesia dan Tagalog saja. Kata ini tersua dalam banyak bahasa dunia.

Penjelasan yang lebih berterima kiranya ialah bahwa kata “pus” berasal dari kebiasaan manusia mengucapkan kata berbunyi mendesis untuk memanggil. Kata “pus” dan variannya kiranya berasal dari huruf “p” yang diikuti bunyi desis “ss” sehingga menjadi “p(u)ss”.

Bunyi desis seperti “puss”, “sst”, dan “hus” amat mudah diproduksi mulut manusia. Ia singkat dan terbukti mampu menarik perhatian hewan dan manusia.

Kita dapat menduga, “kucing” dan “pus” berasal dari kuting dan pusa. Meski demikian, sebutan “pus” untuk kucing tak dapat dibatasi pada bahasa Indonesia dan Tagalog semata. Kucing di Inggris dan Belanda pun akan menoleh saat dipanggil “Puss” atau “Poes”.

Demikianlah penjelasan mengenai asal kata kucing dan pus

Facebook Comments