Kisah Nyata tentang Pengampunan Sejati

Siang itu aku diantar temanku ke sebuah kampung di perbatasan Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Kami harus bermotor menelusuri jalan-jalan sempit untuk tiba di sebuah rumah bersahaja.

Di rumah itu, tinggallah seorang tukang pijat tradisional dan istrinya. Mereka sudah lanjut usia. Pak Sabar, sebut saja demikian, dikenal terampil memijat. Banyak pasiennya sembuh setelah dipijat olehnya.

Pak Sabar mempersilakan kami berdua masuk. Sembari memijatku, Pak Sabar berkisah tentang pengalaman hidupnya.

Kami bercakap-cakap tentang hal-hal sederhana seperti keluarga dan kegiatan praktik pijat tradisional Pak Sabar.

Setelah suasana mencair karena sudah mulai akrab, padaku Pak Sabar mengisahkan kisah nyatanya tentang pengampunan sejati.

“Dulu saya pernah dipenjara di Pulau Buru karena saya dituduh anggota partai terlarang,” ungkap Pak Sabar mengawali kisah hidup yang ia bagikan padaku.

“Saya tidak tahu apa-apa, tetapi dituduh dan ditangkap tanpa proses pengadilan. Saya kemudian ditahan di sebuah markas tentara. Di situlah saya disiksa. Ditendang, dipukul, dan dikata-katai secara kasar,” kenangnya.

“Setelah sempat ditahan di markas tentara, saya dibawa ke Pulau Buru untuk menjalani hukuman bertahun-tahun. Semua tanpa proses pengadilan,” lanjutnya dengan nada sedih.

“Setelah bebas dari Pulau Buru, saya kembali ke kampung ini. Saya membuka layanan pijat tradisional ini untuk mendapatkan nafkah. Soalnya, sulit bagi mantan tahanan politik untuk dapat pekerjaan yang layak,” paparnya.

“Suatu hari, datang seorang pasien dengan keluhan sakit saraf terjepit. Wajah pasien itu tidak asing bagi saya. Dia adalah tentara yang dulu menyiksa saya di markas militer.

Saya tidak akan lupa wajahnya. Tetapi, dia lupa pada saya karena memang sudah peristiwa lama. Lagipula, terlalu banyak tahanan yang disiksa sehingga dia tidak mungkin mengingat wajah-wajah kami,” kisah Pak Sabar.

Mendengar kisah Pak Sabar itu, aku terdiam sejenak. Aku lantas bertanya, apa yang terjadi setelah si mantan tentara itu meminta tolong Pak Sabar untuk memijatnya.

“Saya pura-pura tidak ada apa-apa. Saya sambut mantan tentara yang menyiksa saya itu dengan ramah. Bahkan saya pijat beberapa kali sampai dia sembuh. Meskipun bertemu beberapa kali sampai dia sembuh pun, dia tidak ingat bahwa saya dulu pernah dia siksa,” tutur Pak Sabar.

Menyimak kisah Pak Sabar, aku hanyut dalam permenungan batin. Pak Sabar sungguh mengampuni si mantan tentara yang telah menyiksanya dengan kejam.

Bukan hanya mengampuni, Pak Sabar juga merawat dengan penuh cinta kasih sehingga si mantan tentara penyiksanya bisa sembuh.

Terima kasih, Pak Sabar. Dari Anda, aku belajar tentang mengampuni dari hati. Semoga aku pun bisa belajar mengampuni mereka yang pernah, sedang, dan akan melakukan kesalahan padaku.


Ditulis oleh Erbe untuk Inspirasianakita.com.

10 Juni 2022

Facebook Comments