Kalaupun tidak bisa mengubah keadaan yang buruk, kita bisa mengubah sudut pandang. Keadaan yang buruk bisa menciptakan kondisi yang tidak baik, tetapi dengan mengubah sudut pandang keadaan akan menjadi baik.
Kala terbangun dan saat membuka pintu depan samar-samar melihat sesuatu di lantai. Spontan kaki ini hendak memindahkan sesuatu yang saya pikir selembar daun kering.
Beruntung tertahan. Setelah dengan jelas melihat, ternyata seonggok kotoran kucing. Sedap nian. Pagi-pagi mendapat suguhan demikian.
Tanpa menunggu lama segera saya bersihkan. Entah sudah berapa kali kucing tetangga ini membuang kotoran persis di depan pintu.
Padahal semalam sewaktu anak mengelus kucing tersebut, saya sudah menitipkan pesan.
“Tolong kasih tahu kucingnya, De. Jangan buang kotoran di depan pintu lagi.”
Saya mendengar ia langsung menyampaikan pesan itu ke kucing yang sedang dielusnya.
Eh, kurang ajar. Ternyata kucing itu tak mengindahkan pesan tersebut. Buktinya tetap saja membuang kotoran di depan pintu lagi.
Namun, selama ini tak tega juga mengusirnya. Saya malah menghibur istri dengan mengatakan bahwa kalau ada kucing mau datang ke rumah itu adalah rezeki. Kalaupun berak tinggal bersihkan saja. Apa susahnya?
Sebenarnya agak kesal juga dan berpikir, “Ini kucing sudah dikasih main ke rumah dan tidur dengan bebas, malah buang kotoran yang menimbul bau tak sedap.”
Anak yang paling besar pernah mengatakan, agar kucing tersebut kalau datang segera diusir. Jangan sampai buang kotoran lagi. Karena merasa jijik ketika harus membersihkan.
Saat saya beritahukan kepada istri bahwa saya barusan membersihkan kotoran kucing, ia seperti kesal.
Oleh sebab itu spontan pikiran saya timbul ide. Mungkin ini semacam kelebihan seseorang yang suka menulis.
Saya bilang, “Kotoran itu sebenarnya tanda terima kasih dari kucing itu.”
“Kok bisa?” Istri keheranan.
“Selama ini kita sudah baik kasih dia main dan tidur di teras. Anak kita juga sering elus-elus. Nah, si kucing pasti berpikir bagaimana cara untuk berterima kasih. Dia pasti juga berpikir apa yang bisa dia berikan.”
Otak saya masih terus bekerja untuk memproduksi kata-kata berikutnya.
“Mungkin dalam pikiran kucing itu kotorannya adalqh hadiah terbaik buat kita.”
Lantas istri menimpali, “Iya sih biasanya pas kucing itu berak, gak lama jualan alat berat anak kita laku.”
Ini sih mitos. Iya, kan? Omong kosong saja.
Menurut saya rezeki yang paling besar itu, gara-gara kucing berak di depan pintu adalah untuk melatih kesabaran.
Awalnya kesal membersihkan kotoran yang rasanya membuat mual itu, lama-lama malah bikin senyum-senyum.
Otak saya.juga sampai iseng berpikir, “Siapa tahu karena sabar membersihkan kotorannya, siapa tahu suatu hari si kucing beraknya emas.”
Hahaha ….
Kejadian yang tidak menyenangkan memang acap kali membuat kita kesal. Gampang terpancing untuk melakukan suatu hal di luar kendali.
Seperti kejadian kucing yang sering kali berak di depan pintu. Bisa saja karena kesal lalu menggebuki kucing tersebut.
Andaikan hal ini terjadi sebenarnya bukan hanya kucing itu yang merasakan kesakitan, tetapi tanpa sadar menyakiti diri sendiri juga dengan rasa kesal tersebut.
Pikiran buruk, kemarahan, kekesalan dan lain-lain sebenarnya akan melahirkan energi negatif yang berakibat tidak baik buat tubuh kita.
Alangkah baiknya kita belajar mengubahnya sudut pandang dari setiap kejadian, sehingga menghadirkan energi positif yang bisa membuat badan kita lebih sehat dan pikiran pun jadi jernih.
Bukankah ini lebih baik?
Ya, memang perlu usaha dan ketekunan. Karena keakuan kerap kali tak mau menerima. Karena lebih mengikuti perasaan dan tak mau mengalah.
@cermindiri, 04 Desember 2022
Sumber gambar: pixabay.com/Ty-Swartz
Facebook Comments