Memahami Ajal dengan Bijak
Sebaik-baik Nasihat adalah Kematian.
(Hadist).
Berita kematian setiap hari seringkali kita dengar. Baik berita kematian dari kerabat dekat, keluarga atau orang lain yang tidak ada hubungan kekeluargaan.
Filsuf Besar, Imam Syafii menyatakan pendapatnya bahwa kematian adalah puncak dari kegiatan manusia di dunia.
Merupakan pula sebuah kiprah yang akan menjadikan episode terakhir dari episode kehidupan sebelumnya. Apabila datang kematian maka tidak ada yang bisa menghentikannya.
Menurut Filsuf Besar itu, kematian menjadikan bumi yang luas ini menjadi sempit dan hari-hari yang ditinggalkan hanya akan menjadi kenangan.
“Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS Al Jumuah 8).
Itu adalah FirmanNya yang wajib diyakini bagi para hamba yang setia menghambakan hidup dan matinya kepada Yang Maha Punya.
Semua hamba akan dikembalikan kepada yang Maha Punya. Kepada Yang Maha Memiliki. Kepada Yang Maha Kuasa, Maha Hidup dan Maha Menghidupkan.
Memahami hal-hal mendasar seperti itu, maka kita akan mudah tersenyum menghadapi kematian. Walaupun sesungguhnya tidak semudah mengucapkan atau menuliskan seperti dalam artikel ini.
Kita kadang tidak menyadari betapa hari-hari seperti merayap detik demi detik. Namun sebenarnya, waktu begitu cepat lewat dari sisi kita hanya sekedip mata.
Walaupun merayap tetapi terus menuju satu titik yang pasti di ujung akhir yang sebenarnya yaitu akhir kehidupan.
Setiap hari yang terlewat adalah berkurangnya waktu hidup dan semakin dekatnya hari kematian.
Tidak ada yang pasti dalam kehidupan ini kecuali hari kematian yang tengah kita tuju dalam perjalan menuju ke sana.
Hamba yang cerdas adalah hamba yang sangat paham bagaimana menghitung pengabdiannya pada sisa-sisa hari yang masih dimilikinya.
Satu hari lewat berarti satu hari hilangnya sebuah kesempatan. Satu hari lewat berarti satu hari lebih cepat tiba diujung kehidupan menuju ajal.
Jangan sia-siakan waktu berlalu tanpa arti. Maka jadikanlah hari demi hari selalu lebih baik dari hari sebelumnya.
Apa yang dipanen hari ini adalah apa yang ditanam dulu. Apa yang ditanam hari ini maka itulah yang dipanen pada hari nanti.
Jika menanam kebaikan, maka akan memanen kebaikan pula. Janganlah berpikir untuk menanam keburukan karena sudah tahu apa yang nanti akan dipanen kelak.
Semakin hari semakin menyadari begitu banyak kebaikan yang tertunda sia-sia. Banyak hal yang terlewati tanpa makna.
Hari-hari terus berpacu tiada yang mampu menghentikannya. Berpacu ke depan menuju satu tujuan hidup yaitu kefanaan fisik. Menuju keabadian yang telah diciptakan Yang Maha Abadi.
Menuju RumahNya yang sudah disipakan bagi hamba-hambaNya yang terpilih. Hamba-hamba yang setia yang tidak pernah menyekutukan ZatNya dengan yang lain.
Hanya saja pertanyaannya, apakah kita mampu menemukan arah jalan lurus menuju RumahNya. Tanpa PetunjukNya kita tidak pernah menemukan jalan tersebut.
Kita hanya berharap dan bertumpu kepada Kasih dan SayangNya semata dalam menghadapi kehidupan ini dan hidup setelah kematian.
Maka mari kita berserah diri hanya kepadaNya. Karena semua ketetapan untuk hamba itu adalah hak Allah dan sebaik-baik untuk berserah diri hanyalah kepada Allah.
@hensa.
Artikel ini ditulis untuk Inspirasiana Kita (Hendro Santoso).
Foto: David Mullins on Unsplash
Facebook Comments