Untukku Kemudahan, Untukmu Kesusahan


Apakah sadar kemudahan yang kita dapatkan justru menjadi kesusahan orang lain? Begitu juga dengan keberhasilan yang kita peroleh bisa jadi hasil dari kebaikan dari orang lain.

Pada hari itu saya mengurus SIM yang hilang di mobil SIM keliling dekat tempat kerja. Pagi-pagi sekali saya sudah mendaftar dan mendapat urutan nomor 25.

Ternyata masih pagi sudah banyak yang mendaftar. Padahal bukanya pada pukul 08.00. Saya masih menyempatkan pulang ke tempat kerja dahulu.

Ketika sudah tiba waktunya buka kami mendapat pengarahan tentang proses yang harus dilalui. Setelah itu dibagikan formulir untuk mengisi data-data.

Saat giliran saya dipanggil ternyata ada masalah dengan SIM saya. SIM fotokopi yang saya serahkan ternyata masa berlakunya sudah berakhir pada Mei 2021.

Bagaimana pula ini?

Saya sendiri juga heran. Kenapa tahun 2021 sudah berakhir? Karena menurut perasaan saya belum lama baru memperpanjang SIM tersebut.

Di antara kebingungan saya kemudian petugas pembuatan SIM mengatakan mereka akan mengecek datanya terlebih dahulu. Karena setelah cek di gawai saya tidak bisa menemukan kartu SIM lain yang tersimpan.

Tidak lama kemudian saya dipanggil kembali. Disuruh menunggu di dalam mobil. Ada perasaan tidak enak. Ada apa gerangan? Jangan-jangan ada masalah.

Belum waktu 5 menit, saya mendapatkan sebuah SIM baru. Ternyata pembuatan SIM saya sudah selesai. Heran bercampur senang. Tidak menyangka begitu cepat prosesnya. Memang lebih cepat lebih baik.

Ketika menyerahkan SIM yang baru jadi petugas mengingatkan, agar saya menyimpannya baik-baik. Jangan sampai hilang lagi. Siapa yang mau hilang?

Saat saya turun dari mobil orang-orang melihat saya dan salah satunya berkata, “Yang SIM-nya hilang enak ya bisa langsung jadi.”

Karena saya adalah orang yang pertama SIM-nya selesai dibuat saat itu.

Saya tidak menanggapi, karena perasaan saya sedang diliputi dalam suasana senang. Ada perasaan bangga menjadi yang pertama. Serasa orang penting hahaha.

Lebih cepat lebih baik itu yang saya pikirkan. Karena saya mesti pergi lagi ke kantor Samsat untuk mengurus STNK. Mumpung masih pagi.

Dalam perjalanan otak saya baru mulai berpikir. Kenapa begitu mudahnya proses pembuatan SIM yang saya alami. Beruntung sekali. Tentu ada rasa syukur.

Kemudian saya baru ingat satu hari sebelum pembuatan SIM itu, saya ada berbicara dengan teman kerja.

Ia mengatakan nanti akan memberitahukan kepada keponakannya, agar saya dibantu dalam proses pembuatan SIM tersebut. Kebetulan keponakannya tersebut memegang bagian pencetakan SIM.

Di antara perasaan senang itu kemudian timbul ada perasaan tidak nyaman.

Ada apa gerangan?

Bukankah dengan mendapat kemudahan seharusnya perasaan senang?

Kenapa mesti ada perasaan malah tidak nyaman?

Markimin, mari kita bercermin.

Siapa yang tidak mengharapkan kemudahan di dalam hidupnya? Bahkan demi untuk mendapatkan kemudahan ini orang-orang berani membayar dengan sejumlah uang.

Ada juga dengan dengan memakai baju dinas atau mengaku saudara pejabat ini atau itu. Tentu dengan harapan mendapat perlakuan istimewa.

Namun, seperti orang bijak mengingatkan, bahwa dengan memperoleh kemudahan ada menimbulkan kesusahan bagi orang lain.

Artinya dengan mendapat keuntungan, ada orang yang kebagian kerugian.

Jadi, jangan bangga dengan mendapatkan kemudahan karena harus menyebabkan kerugian bagi pihak lain.

Hal ini juga mengingatkan, saat memperoleh keberhasilan jangan berpikir semua ini semata karena kepintaran atau kehebatan sendiri.

Sebab, tanpa disadari di balik keberhasilan ada campur tangan kebaikan orang lain.

Setiap pencapaian atau keberhasilan yang kita peroleh pasti ada orang-orang yang tanpa kita sadari berperan penting.

Cobalah pikir-pikir dan renungkan secara mendalam. Apakah mungkin kita bisa meraih kemenangan dan kesuksesan tanpa peran orang lain?

Mengingat semua ini, jangan sampai dalam rasa senang dan bangga dengan pencapaian yang ada tidak jatuh dalam kesombongan. Tanpa orang lain kita tak berarti apa-apa.

@cermindiri, 07 Juli 2022

Photo by Tolga Ulkan on Unsplash

Facebook Comments