Katedrarajawen_Citra Buruk dan Kehebohan

Kenal Nikita Mirzani?

Itu loh artis yang suka begitu dan begini.

Begitu dan begini bagaimana?

Pokoknya dengan citra yang buruk. Tidak pakai pencitraan. Pernah berurusan dengan polisi. Ribut dengan sesama artis.

Penampilannya yang sering bikin pikiran tak tenang. Terutama pria. Omongannya kasar dan “agak-agak” gimana.

Itulah penjenamaan yang selama ini dikenal khalayak banyak. Tak heran banyak yang tak suka. Walaupun yang suka tetap ada dengan sikap apa adanya.

Namanya pernah melambung seantero Nusantara. Kali ini ternyata banyak yang mendukungnya dengan omongan “tukang obat” kepada seseorang yang dianggap terhormat. Habib.

Bayangkan. Apa tidak takut didemo berjilid-jilid?

Banyak yang salut atas keberaniannya mengatakan sesuatu yang sangat berisiko. Nyata Nikita santai saja menyikapi.

Buktinya memang tidak terjadi apa-apa. Sampai hari ini.

Sekarang sudah kenal, kan?

Di Balik Sisi Buruk Ada Kebaikan

Namun, bukan kasus itu yang mau dibahas. Ada yang lebih menarik dari keributan dan kehebohan.

Realitas kehidupan memang acap kali menipu. Kita melihat penampilan seseorang sebagai kebenaran siapa dirinya.

Lupa mencoba menelusuri apa yang tersembunyi.

Seperti halnya Nikita. Citranya yang buruk selama ini dianggap demikian juga kehidupannya tidak ada yang baik. Padahal setiap orang pasti ada sisi baiknya.

Pasti tidak banyak yang tahu di balik sisi buruk yang dikenal selama ini, ternyata Nikita melakukan banyak hal baik. Hidup yang bermanfaat buat sesama.

Hal yang belum tentu bisa dilakukan mereka yang menghina atau memandang rendah kepadanya.

Sementara orang yang penampilannya santun, suka menolong, dan memberi menandakan ia orang baik. Tak tahunya seorang koruptor. Diam-diam sering menindas orang.

Demikian juga kebenarannya, setiap orang juga pasti punya sisi buruk.

Kebaikan yang Tersembunyi

Jarang yang tahu di balik citra buruk yang melekat pada dirinya, ternyata Nikita termasuk orang yang peduli pada sesama di sekitarnya.

Siapa menyangka ia punya anak asuh ratusan. Membantu janda-janda yang tidak mampu. Membangun masjid.

Setiap hari masih menyempatkan waktu mengurus anak-anaknya sebagai orangtua tunggal. Tanggung jawab yang berat tentunya. Namun, ia sanggup melakoni bertahun-tahun.

Yang luar biasa apa yang dilakukan tidak dijadikan konten untuk meraup keuntungan dan pencitraan. Seperti lumrah dilakukan orang lain. Berbuat baik sambil membuat konten.

Atau membuat konten berbuat baik demi cuan?

Padahal Nikita punya kanal YouTube sendiri. Kebaikan jadi tersembunyi. Kalau mau menjadikan sebagai konten tentu mudah saja.

Seperti kita tahu zaman sekarang apapun dijadikan konten. Berbuat baik pun biar banyak yang mengetahui.

Seperti dengan orang partai dan bahkan lembaga keagamaan. Ketika membantu sesama menjadikan ajang promosi.

Kita memang sering kali antipati kepada orang yang tidak disukai dengan apapun yang ia lakukan. Termasuk sisi positifnya.

Mengapa tidak berani memiliki kerendahan hati untuk belajar dari kebaikan dari orang yang tidak kita sukai?

Sebaliknya kita malah lebih berani membela kesalahan orang yang kita sukai.

Keberanian untuk Belajar Kebaikan Kepada Siapa Saja

Ini masalah rasa adil yang ada di dalam diri. Bila akal sehat dan kejernihan pikiran berfungsi baik, tentu tidak akan segan dan malu belajar. Sekalipun kepada orang yang tidak disukai.

Kebaikan adalah milik semua orang. Bukan hanya yang dipikir sebagai orang baik saja.

Karena mereka yang kita pikir tidak baik pun, bisa jadi kebaikannya lebih banyak lagi. Perlu kerendahan hati untuk mengakui dan belajar.

@cermindiri, 22 Agustus 2022

Catatan sumber gambar: Instagram nikitamirzanimawardi_172

Facebook Comments