Sewajarnya insan di dunia ini pernah merasakan masa penantian. Tentulah diperlukan kesabaran dalam penantian tersebut. Namun janganlah kita habiskan waktu penantian tersebut hanya sekedar untuk menanti saja.
Bagian terpenting dari penantian adalah waktu yang dihabiskan. Waktu penantian dapat kita isi dengan usaha dan doa. Dengan demikian, waktu yang berlalu tidak akan menjadi sia-sia tanpa tindakan yang bermanfaat.
Sebuah penantian adalah hal yang memerlukan keyakinan dan kesabaran yang tiada batasnya. Keyakinan yang ragu-ragu membuat kesempatan yang datang berlalu begitu saja. Padahal kesempatan tersebut bisa jadi adalah apa yang selalu kita tunggu.
Begitupun kesabaran, harus dijaga supaya senantiasa semangat dan tidak mudah menyerah sebelum yang dinanti itu tiba. Tanpa keyakinan sejati, kesabaran akan pupus di tengah perjalanan. Lakukan hal-hal yang bermakna dalam hidup ini, bagaikan perumpamaan sebuah pensil yang akan menorehkan jalan hidup yang kita lalui.
Bagaikan sebuah pensil, ia akan menulis dan/atau menggambar sesuatu yang besar dan indah, yang tentu saja digerakkan oleh tangan terampil. Ingatlah bahwa tangan itu adalah Tuhan, yang senantiasa berkarya dalam setiap langkah hidup kita.
Bagaikan pensil, bagian terpenting dari pensil yang dapat dimanfaatkan bukanlah kayu pembungkusnya, akan tetapi bagian inti berupa grafitnya. Begitupun kehidupan kita, yang terpenting adalah bagian dalam diri kita. Bagian luar hanyalah pembungkus saja.
Ibarat sebuah pensil, ada kalanya pensil itu jadi “bujel” (tumpul) sehingga perlu diraut/dilancipkan. Sungguh sakit rasanya hidup ini diraut sedemikian rupa. Namun, ingatlah bahwa dengan hasil rautan tersebut, pensil dapat berfungsi kembali secara optimal.
Bagaikan sebuah pensil yang tak pernah berhenti menorehkan tulisan dan gambar, ada kalanya torehan tersebut tidak sesuai dengan harapan. Oleh karena itu, diperlukan penghapus untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat. Begitupun hidup kita, harus mau memperbaiki diri dan memaafkan orang-orang yang bersalah kepada kita untuk menuju pada keadaan yang lebih baik.
Ibarat sebuah pensil yang menorehkan coretan indah atau buruk, semua ada bekasnya. Begitupun dalam pengembaraan hidup kita yang selalu meninggalkan bekas. Tinggalkanlah bekas yang baik. Niscaya bekas-bekas kebaikan yang kita tinggalkan, akan menuai kebaikan pula di kesempatan yang lain.
Banyak pelajaran yang tersembunyi dari setiap jengkal langkah hidup kita yang terkadang tidak kita sadari. Kebaikan selalu ada di sekeliling kita, meski kita sering mengabaikan dan tak menyadari keberadaannya.
Yakinlah bahwa akan ada saat dimana kita tersenyum atas setiap liku dan persimpangan jalan yang kita lalui dalam hidup ini. Kita juga perlu menjauhkan diri dari emosi yang berlebihan agar jiwa kita lebih tangguh. Percayalah bahwa Tuhan akan memeluk kita dalam setiap langkah yang kita lalui.
Ditulis oleh V. Untoro untuk Inspirasiana
Facebook Comments