Sahabatku sepengembaraan,
Ketika sedang memegang secangkir kopi, tiba-tiba tanpa sengaja ada yang menabrakmu sehingga tumpahlah isi cangkir itu kemana-mana.
Pertanyaan: “Mengapa kamu menumpahkan kopi?”
Jawaban: “Tentu saja karena ada yang menabrakku.”
Jawaban itu : SALAH
Anda menumpahkan kopi karena isi cangkirnya adalah kopi.
Andai cangkirmu berisi teh, maka Anda akan menumpahkan teh.
Apapun yang ada di dalam cangkir, itulah yang akan tumpah keluar.
Para Sedulur,
Analogikan bahwa cangkir itu adalah pikiran kita. Manakala situasi tidak baik datang menabrakmu bahkan hingga tergoncang, maka segala yang ada di dalam pikiranlah yang akan keluar.
Pertanyaannya sekarang: Apakah yang ada di dalam cangkirmu? Ketika ada sesuatu yang mengguncang hidupmu, apa yang akan kamu tumpahkan? Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri? Ataukah kemarahan, kepahitan, makian bahkan kutukan yang keluar dari pikiran, perkataan, dan tindakan kita?
Kita sendirilah yang dapat menentukan
Dengan demikian, penuhilah cangkir kita dengan rasa damai dan syukur. Rasa syukur atas penyertaan Tuhan di setiap nafas kita, rasa syukur atas keluarga-kerabat-teman di sekitar kita, rasa syukur atas pekerjaan dan penghidupan kita setiap hari. Ketika sesuatu yang tidak baik menabrak dan mengguncangmu, maka kedamaian dan rasa syukurlah yang akan tumpah keluar dari pikiranmu.
Jadilah pribadi yang dipenuhi kedamaian dan rasa syukur. Bukan lagi menjadi pribadi yang selalu menyalahkan orang lain atau justru mencari-cari kesalahan/kelemahan orang lain. Perbaikilah apa yang seharusnya ada di dalam dirimu. Bukanlah faktor dari luar yang akan menentukan hari-harimu, melainkan respon dan reaksimu terhadap guncangan tersebut.
Barangsiapa setia pada perkara yang kecil, maka ia pun akan setia pada perkara yang besar. Bila terhadap perkara yang kecil saja tidak benar, bagaimana terhadap perkara yang besar?
Ditulis oleh V.Untoro untuk Inspirasiana
Facebook Comments