“Pemain Indonesia mengalahkan lawannya dengan skor afrika.”
Demikianlah kurang-lebih judul berita sejumlah media olahraga setelah pebulutangkis Indonesia menang dengan skor terpaut jauh dari lawannya.
Skor afrika adalah ungkapan yang lazim tersua dalam percakapan warganet pencinta bulu tangkis. Istilah ini juga masih digunakan segelintir media massa.
Konon, asal-usul istilah skor afrika ini muncul dari kecenderungan rendahnya poin yang diraih para pemain dari Afrika saat bertanding dalam turnamen bulu tangkis dunia. Umpama, pemain Afrika kalah 21-4 dan 21-7.
Etiskah istilah skor afrika untuk menyebut skor pertandingan bulu tangkis yang berat sebelah?
Menyebut sesuatu yang negatif dan mengaitkannya dengan lokasi atau bangsa tertentu seharusnya kita hindari. Ini penting untuk mencegah stigma dan diskriminasi.
Kebijakan pemilihan istilah antidiskriminasi ini telah diterapkan dalam dunia medis. Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada Juni 2021 menetapkan, varian virus corona tidak boleh dinamai dengan lokasi atau bangsa tertentu karena dapat melukai perasaan.
Fakta bahwa sebuah virus pertama kali ditemukan di daerah atau negara tertentu tidak boleh dijadikan alasan untuk menamai virus itu dengan daerah asalnya. Alih-alih nama daerah, WHO menggunakan alfabet yunani, seperti alpha dan delta (F. Konings et al, 2021).
Setali tiga uang, istilah dunia olahraga juga semestinya tidak melukai hati siapa pun.
Para pemain bulutangkis dari Afrika adalah juga atlet yang hebat dan pantas kita apresiasi. Tidak mudah menjadi atlet sebuah cabang olahraga yang kurang populer di benua sendiri dengan fasilitas terbatas.
Para atlet bulutangkis Afrika bahkan sangat perlu kita dukung agar olahraga tepok bulu angsa ini berkembang di Afrika. Federasi Bulu Tangkis Afrika (BCA) baru didirikan pada 1977. Federasi ini menaungi 42 negara anggota.
Tambah lagi, kita perlu menghargai perjuangan setiap atlet dari negara mana saja. Satu poin diraih dengan perjuangan dalam latihan panjang.
Kisah nyata perjuangan atlet asal Afrika tersaji dalam pertandingan Anuoluwapo Juwon Opeyori dari Nigeria melawan Koki Watanabe dari Jepang pada ajang BWF World Championships 2021.
Meskipun cedera saat kedudukan 20-0 pada gim kedua, Opeyori memutuskan untuk terus bertanding. Ia berhasil meraih satu poin sebelum kalah 21-11 dan 21-1.
Opeyori tidak mempunyai fasilitas latihan memadai di negaranya. Ia bahkan sempat harus berlatih di Denmark. Ia mewakili semangat baja para pemain bulu tangkis Afrika.
Karena tidak etis, istilah skor Afrika tidak pantas kita pergunakan lagi dalam percakapan dan pemberitaan.
Alih-alih skor afrika, kita bisa menggunakan istilah-istilah lain yang lebih kreatif dan menarik. Umpama, skor jaga jarak, skor LDR, atau skor profesional.
Skor jaga jarak merujuk pada tulisan di pantat truk yang mengingatkan akan pentingnya menjaga jarak aman. Adapun skor LDR merujuk pada hubungan jarak jauh (long distance relationship).
Sementara itu, skor profesional memuat apresiasi pada profesionalitas para pemain yang serius bertanding sesuai kemampuan masing-masing.
Istilah-istilah netral ini pun tetap perlu kita gunakan dengan bijaksana karena tidak ada atlet yang senang dirinya diberitakan kalah dengan skor jaga jarak atau skor LDR setelah berjuang mati-matian.
Facebook Comments