Kisah Andri si Bocah Ceroboh

Suatu hari Andri, bocah kelas 3 SD pulang dari sekolah. Ayah dan ibunya masih bekerja di kantor demi menghidupi keluarga mereka.

Andri anak yang agak ceroboh. Ia kerap kurang memperhatikan keadaan sekitar ketika sedang asyik melakukan sesuatu.

Kemarin dia sudah menyenggol pot baru berisi tanaman hias kesukaan ayahnya. Andri terburu-buru menuntun masuk sepeda ke garasi dan tak sengaja pedal sepedanya menyenggol pot anyar itu.

Ayahnya yang mendengar suara pot pecah naik pitam. “Andri, kenapa kamu selalu ceroboh? Gara-gara kamu pot papa pecah,” hardik ayahnya.

Andri pun terdiam. Ia menangis setelah dimarahi ayahnya. Mamanya datang untuk menghibur. “Sudah, Nak. Tak perlu nangis,” kata mamanya.

***

Hari ini Andri tergesa-gesa mengambil piring untuk makan siangnya. Satu piring jatuh ke lantai. “Pyar!”

Andri segera mengambil sapu untuk mengumpulkan pecahan piring itu. Ia tidak ingin orang tuanya melihat apa yang baru saja dia lakukan.

Saat sedang mengumpulkan pecahan piring yang berserakan, tetiba ayah Andri muncul. Rupanya ayah pulang cepat hari ini.

Andri sontak lemas. Dia hanya bisa tertunduk lesu. Bahkan kata maaf tak sempat ia ucapkan.

Saat itulah ayahnya datang mendekatinya. Alih-alih marah, sang ayah memeluk erat Andri.

“Nak, maafkan Ayahmu. Kemarin Ayah terlalu keras memarahimu. Piring pecah bisa diganti, tapi kamu lebih berharga dari apa pun,” tutur ayahnya dengan suara bergetar.

Tak berselang lama, mama Andri pulang dari kerja.

“Maafkan Andri ya,” kata Andri lirih. Mama Andri mendekat. Mereka bertiga berpelukan. Pelukan erat yang dirindukan banyak keluarga-keluarga lain.

Pelukan yang akan diingat seorang bocah seperti Andri seumur hidupnya. Ya, bukankah seorang anak lebih berharga dari sekadar pot dan piring?

Sebuah senja, fajar Juli 2022. Ian untuk Inspirasianakita.com

Facebook Comments