Sepeda Jokowi dan Bu Tarti dari Bantaran Kali

Bobby Steven MSF
Dosen Fakultas Teologi Universitas Santa Dharma Yogyakarta

Presiden Jokowi sering bagi-bagi sepeda dalam kunjungannya ke pelosok Nusantara. Banyak kelucuan dan tawa riang yang mewarnai kuis bagi-bagi sepeda itu. Bukan cuma anak-anak sekolah, artis Raisa pun pernah menerima sepeda dari Jokowi.

Mengapa Sepeda?
Saking lekatnya Presiden Jokowi dengan sepeda, Bandara Ahmad Yani di Semarang menyediakan spot foto “Mbonceng Sepeda Jokowi” yang banyak digemari masyarakat.

Tentunya pemasangan spot foto ini mendapat restu dari Presiden Jokowi sendiri.
Ada satu pertanyaan yang menggelitik dan menanti sebuah jawaban: Mengapa Presiden Jokowi sering bagi-bagi sepeda? Mengapa sepeda, bukan hadiah lainnya?

Presiden Jokowi memang pernah menjelaskan mengapa ia suka menghadiahkan sepeda. “Siapapun yang menerima agar sekiranya digunakan dengan baik khususnya para pelajar yang mendapatkan, tidak perlu naik kendaraan bermotor atau diantar saat sekolah, maka cukup dengan menggunakan sepeda tersebut sebagai pelopor cinta lingkungan,” kata Jokowi dalam suatu kesempatan formal.

Akan tetapi, saya yakin, di balik jawaban formal tersebut, ada pengalaman pribadi yang kuat sehingga Jokowi lekat dengan sepeda onthel.

Sepeda Bu Tarti di Bantaran Kali
Setelah melihat sebuah video di Youtube (“Jokowi Terharu dan Menangis Berjumpa Tetangganya di Masa Kecil”) dan membaca sebuah artikel di Kompas.com yang mengisahkan masa kecil Jokowi, saya merasa sudah menemukan jawaban atas pertanyaan di atas.

Dalam video yang diunggah 24 Juni 2014 itu (sebelum Jokowi jadi Presiden), Jokowi terharu saat bertemu lagi dengan Ibu Sutarti, tetangganya di pinggir bantaran Kali Anyar Solo sekitar tahun 1964. Saat itu, Jokowi masih duduk di bangku kelas empat SD.

Menurut Bu Sutarti, seperti dilansir Kompas.com, waktu kecil Jokowi pendiam dan suka menangis kalau nggak diantar ke rumah pamannya dengan naik sepeda ontel.

Sepeda dan Memori Masa Kecil Jokowi
Dalam video tadi (menit 09.00-09.38), Jokowi sampai meneteskan air mata saat mengingat pengalaman tinggal di bantaran sungai.

“Saya jadi mbayangin ketika saya kecil dulu. Hidup di bantaran sungai … dalam sebuah kehidupan yang sangat sulit, dan..ya..digusur. Dan sekarang ini saya sangat bersyukur sekali. Tuhan memberikan saya sebuah jabatan yang saya bisa berbuat sesuatu. Dan, saya ingin melakukan sesuatu,” tutur Jokowi dengan mata berkaca-kaca.

Saya rasa, setiap kali melihat sepeda onthel, Jokowi teringat masa kecilnya dulu, saat menangis minta diboncengkan Bu Sutarti ke rumah pakdhe/pamannya di Gondang. Jokowi pasti terkenang asyiknya dibonceng sepeda sambil menikmati semilir angin di pedesaan yang masih alami.

Jokowi tentu ingat akan kebaikan Bu Tarti, tetangganya dulu di bantaran kali. Sayangnya, keluarga orangtua Jokowi dan Bu Tarti harus berpisah karena rumah mereka digusur oleh Pemkot Solo kala itu untuk terminal mobil travel.

Jokowi dan Empati pada Kaum Miskin
Presiden Jokowi dikenal dekat dengan segala kalangan, termasuk kaum miskin. Saya bukan ahli psikologi, tapi saya yakin, empati pada kaum miskin itu mengakar kuat dalam diri Jokowi karena ia pernah merasakan sendiri derita sebagai orang miskin.

Sepeda onthel selalu mengingatkannya akan tanggung jawab untuk menggunakan jabatan politiknya guna membantu wong cilik keluar dari kemiskinan. Semoga inspirasi dari kehidupan Presiden Jokowi ini memacu kepedulian para politikus kita akan nasib rakyat kecil.

Facebook Comments